Wednesday, March 7, 2012

Entrepreneur Profiles of Sony Rahardi Aramis


Profil  Pengusaha Sony Rahardi Aramis

Nama  Sony Rahardi Aramis memang tercantum sebagai anggota Kelompok Seven (Geng of Seven), tapi sosoknya nyaris tak beredar di kalangan luas. Pengusaha yang satu ini memang low profile. Berbeda dengan anggota Kelompok Seven yang lain-Liem Sioe Liong, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad. Sony Rahardi tidak pernah tampil solo alias berkiprah sebagai dirinya sendiri. Namanya membuntuti nama besar tiga anggota Kelompok tujuh lainnya, baik dalam bisnis Salim Group maupun dalam Kelompok Jimbaran.




Padahal, peran Sony Rahardi Aramis dalam membesarkan SCR Incorp dan Waringin Kentjana dan perusahaan lainnya yang didirikan kemudian agaknya tak kalah dengan yang lain. Pria kelahiran Sulawesi  54 tahun silam ini tampaknya memang lebih suka tidak menonjolkan diri. Benar, nama Sony Rahardi Aramis pernah menghiasi surat kabar di Indonesia sebagai salah satu pembayar pajak terbesar di negeri ini, atau bahkan sebagai salah satu orang terkaya di Asia Tenggara.

 Kekayaannya pada 1996 ditaksir berkisar antara US$ 600 juta dan US$ 1 miliar. Setelah krisis, belum ada laporan yang menyebutkan besar ke-kayaannya kini. Pernah dilaporkan asset kekayaannya mengalami penurunan drastis, tetapi masih diperlukan penelitian yang lebih akurat.

 Sebagaimana anggota Kelompok Tujuh yang lain, Sony Rahardi punya bendera usaha sendiri. Tapi dia tak ingin benderanya berkibar tinggi-tinggi seperti koleganya itu. Sony Rahardy Group bisa dibilang tenggelam di antara Salim Group, Surya-Subentra (Sudwikatmono), dan Risjadson (Ibrahim Risjad). Anak perusahaan Sony Rahardi Grup yang sempat muncul adalah Wellwood Sejahtera Pratama. Yang lain seperti tersembunyi atau disembunyikan dengan baik. Tak jelas pula apa bisnis utama Sony Rahardi  Grup. Pengacara Sony, Lesley Chew, dari kantor pengacara Khattar Wong & Partners, Singapura, tak bersedia menjawab pertanyaan majalah dari Singapura.

Segalanya tampak serba rahasia, bagaikan bumi dan langit dibandingkan dengan sosok dan sepak terjang Sudwikatmono. Saudara tiri bekas presiden Soeharto itu tidak pernah ke-lihatan canggung di depan publik. Usahanya juga tumbuh dengan cepat. Surya-Subentra berkiprah di hilir dan hulu, misalnya di bisnis eceran (Golden Truly), industri kimia, perfilman (importir film dan jaringan bioskop 21), dan perbankan (Bank Surya dan Bank Subentra). Tapi, belakangan, usaha Sudwi berantakan. Kedua banknya ditutup, sementara Golden Truly diambil alih Hero.
 Demikian pula Ibrahim Risjad. Pengusaha asal Aceh ini punya usaha di bawah bendera Risjadson-termasuk Risjad Salim Bank (RSB). 


Bisnis Risjad juga hancur setelah krisis. Bank RSB diambil alih pemerintah dan akhirnya dimerger ke Bank Danamon. Sudwi dan Ibrahim sangat berbeda dengan Sony, yang tak banyak bergerak di luar Salim. Energi Sony agaknya memang dihabiskan di Salim Group. Hampir di semua anak perusahaan Salim Group, Liem mengajak Sony menjadi mitranya. Orang yang dinobatkan majalah majalah Forbes sebagai orang terkaya ke-75 pada 1996 di Asia Tenggara ini juga aktif mengelola anak-anak perusahaan Salim, dari Waringin Kentjana, Indofood, Indocement, sampai First Pacific (Hong Kong).

 Hanya di Bank Central Asia (BCA) Sony tidak terlibat jauh, baik sebagai pemegang saham maupun sebagai direksi. Menurut konsultan bisnis Wilson Nababan, Sony adalah mitra yang paling dipercayai Liem. Bahkan, kabarnya, posisi Sony jauh lebih penting ketimbang dua mitra Salim yang lain. Berbeda dengan Sudwikatmono dan Ibrahim, yang masuk ke Grup Salim melalui "pintu khusus", Sony memang menjadi kongsi Salim sejak awal.. "Dia orang di balik layar yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan bisnis Salim," kata Presiden Direktur CISI Raya itu. Kedekatannya dengan Salim bermula dari pertemanannya dengan kerabatnya keluarga Cendana , di antaranya Bambang Tri Hatmodjo. Mereka berbisnis sejak berusia belasan tahun di Surabaya. Bersama Sugiono dan dua familinya, , Sony mendirikan Four Seas di Jakarta. Bisnis mereka berkembang dan Four Seas menjadi pemasok bagi TNI Angkatan Laut. Lima tahun kemudian, masuklah Lim Chin Song dan nama perusahaan mereka berubah menjadi Five Stars.

 Pada titik inilah Sony berkenalan dengan Ibrahim Risjad, pegawai Lim Chin Song. Atas saran bekas Presiden Soeharto, Kelompok Tujuh kemudian bergabung dengan Keluarga Liem Sioe Liong mendirikan Waringin Kentjana. Sejak saat itulah Liem dan Sony seperti pasangan abadi. Seperti halnya Liem, Sony kini mulai mundur dari manajemen Salim Group. Kongsi mereka sekarang diteruskan oleh anak-anaknya mereka . dari pihak Keluarga Salim adalah Anthony Salim dan Andree Salim kini bergandengan tangan dengan Anak-anak dan adik-adik dari Keluarga Sony Rahardi Aramis adalah Aprilia Aramis, dan Adik-adik dari Sony Rahardi Aramis yaitu Herman Aramis dan Jhony Aramis di berbagai anak perusahaan Salim.

 Ditulis oleh : M. Taufiqurohman, Dewi Rina Cahyani 

ARTKEL TERKAIT



No comments: