Tuesday, October 4, 2011

Silsilah Raja-Raja Bolaang Mingondow (5)

KEKELIRUAN PENYATUAN NAMA RAJA DAMOPOLII ATAU DATU KINALANG DALAM SEJARAH(RALAT II)

Untuk kekeliruan penyatuan nama Damopolii atau Raja Loloda Mokoagow(putranya Raja Yayubangkai) yang juga disebut dengan Kinalang(sebutan lain untuk raja-raja Bolaang Mongondow sejak dari zaman purba hingga berakhirnya kerajaan Bolaang Mongondow pada tahun 1950) dengan Damopolii atau Ramopolii atau Raja Loloda Mokoagow(putranya Raja Paputungan=Raja Loloda Mokoagow yang juga disebut dengan Kinalang) telah menggiring sejarah kerajaan Bolaang Mongondow kepada kekeliruan besar karena tanpa melihat data-data yang akurat sehingga mendaulat bahwa Raja Damopolii putranya Raja Yayubangkai dengan Raja Damopolii putranya Raja Paputungan adalah orang yang satu, yang mana walaupun namanya sama dan sama-sama pernah menjabat Punu’ Molantud tetapi keduanya adalah pribadi dan orang yang berbeda sehingga hal ini yang banyak menjebak dalam penulisan sejarah kerajaan Bolaang Mongondow dengan keliru dan salah menafsirkan dan memahami sejarah Bolaang Mongondow selama ini secara holistic dan konfrehensif terutama oleh para penulis sejarah kerajaan Bolaang Mongondow kontemporer.

Kekeliruan tersebut dapat kita lihat dalam W. Dunnebier tahun 1984 halaman 28 baris ke-16(enam belas) kata ke-2(kedua) sampai dengan baris ke-21(dua puluh satu) kata ke-2(dua), yang berbunyi : “…….Nama KINALANG INTA KI DAMOPOLII (K. adalah D.) membangkitkan dugaan, bahwa ke-perkasaan pahlawan RAMOPOLII(Raja Damopolii putranya Raja Paputungan yang juga disebut Kinalang = Tambahan penulis berdasarkan data-data yang ada) dari Minahasa, yang setelah menjadi Raja di Bolaang, menaklukan orang-orang Mongondow padanya, kemudian dialamatkan pada Kinalang(Raja Damopolii putranya Raja Yayubangkai), oleh menyatukannya dengan Romopolii orang yang satu”.

Dalam tahun 1693 Raja Loloda Mokoagow(keturunan Raja Yayubangkai) ayahnya Raja Jacobus Manoppo masih sempat melakukan penyerangan lagi ke Minahasa, di mana ia dipukul mundur oleh pengikut Raja Paputungan(Lokongbanua) atau Raja Loloda Mokoagow keturunan Raja Pondadat. Adapun para kepala-kepala utusan pihak keturunan Raja Paputungan(Raja Loloda Mokoagow) di Manado menutup suatu perjanjian (semacam persetujuan perdamaian) dengan para utusan yang diberi kuasa oleh Almarhum Raja Loloda Mokoagow(leluhur dari Raja Jacobus Manoppo) dihadapan para Pedagang-Kompeni Pieter Alsteyn dan Stephanus Thiery dan vaandrig(opsir cadangan) David Haak. Lihat kekuasaan tertinggi Raja-Raja Bolaang Mongondow terhadap Minahasa yang dibantah oleh W. Dunnebier dalam buku yang berjudul “Tijdschr. Ind. T. L., dan V. tahun 1869, halaman 505 v. dari J. G. F. Riedel”. Yang mana bantahan tersebut kembali balik dibantah sendiri oleh W. Dunnebier dengan mengacu pada buku yang sama yang berjudul “Tijdschr. Ind. T. L., dan V. tahun 1869 halaman 505 sampai halaman 524” yang berbunyi : “Tokoh-tokoh Utama tidak disebutkan disini, tetapi mereka adalah Ramopilli(Damopolii) dan Fijntandje(Rintek-Waang)” yang artinya jangankan menyebutkan seluruh raja-raja Bolaang Mongondow di mana substansi tersebut tidak menjelaskannya tetapi tanpa substansi yang memadai keburu mendaulat bahwa seluruh raja Bolaang Mongondow Cuma Damopolii putranya Yayubangkai dan tidak menyebutkan Damopolii putranya Raja Paputungan apalagi Raja-Raja Bolaang Mongondow lainnya lalu dengan data yang tidak cukup tersebut terburu-buru langsung mendaulat Damopolii di Minahasa yaitu putranya Raja Paputungan dan Damopolii dari Mongondow putranya Raja Yayubangkai adalah orang yang satu dan kekeliruan ini dapat juga kita lihat dalam W. Dunnebier tahun 1984 halaman 28 baris ke-16(enam belas) kata ke-2(kedua) sampai dengan baris ke-21(dua puluh satu) kata ke-2(dua) yang telah dijelaskan sebelumnya dalam tulisan ini.

Adapun pelaksanaan Mobakid atau Musyawarah di bukit sebelah utara desa Pontodon bukan hanya terjadi di periodenya raja Tadohe tetapi juga terjadi di periode raja-raja Bolaang Mongondow jauh sebelum raja Tadohe’(berkuasa pada tahun 1661 sampai tahun 1670 M) karena dari sekian banyaknya jumlah tempat mobakid diantaranya adalah bukit di Tudu in Passi dan di sebelah utara desa Pontodon karena di bukit tersebut dijadikan sebagai salah satu tempat pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat penting para bogani karena beberapa leluhur dari raja-raja Bolaang Mongondow makamnya berada di sekitar tempat tersebut walaupun tanda makamnya sudah tidak ditemukan lagi untuk dijadikan simbol sebagai kebersamaan dan perekat persaudaraan dan lain sebagainya.

Kenapa dalam tulisan W. Dunnebier hanya menuliskan bahwa hal tersebut cuma terjadi di periodenya Tadohe’?. Alasannya adalah motif kepentingan politik, ekonomi, jabatan, kedudukan dan penghidupan para keturunan Tadohe’ agar kekuasaan tidak berpindah ke tangan marga-marga yang telah disebutkan di dalam tulisan ini karena secara politik W. Dunnebier dekat dengan sumbu kekuasaan di era pemerintahan raja-raja Manoppo terakhir, sehingga dengan beberapa temuan substansi dalam tulisan W. Dunnebier tahun 1984 dalam bukunya Over de Vorsten Van Bolaang Mongondow halaman 12 hingga 13 yang berbunyi :

“Tentang para pengganti tertua dari Mokodoludut(“Raja Loloda Mokoagow” yang juga terkenal dengan nama “Datu Binangkang”- Tambahan penulis berdasarkan sumber data dan literatur yang ada) sejauh dapat diketahui oleh W. Dunnebier atau penulis riwayatnya turun-temurun sudah sangat kurang. Untuk itu hanya yang berikut yang dapat di paparkan : ……………”. Dengan sangat gambalang ia menulis bahwa yang dijelaskan dalam bukunya tersebut hanya berkisar riwayat-riwayat leluhur dan keturunan-keturunannya Tadohe’ secara sepihak sehingga dengan bukti-bukti sesuai pengakuan W. Dunnebier sendiri maka buku Over De Vorsten Van Bolaang Mongondow tidak relevan disebut buku “Mengenal Sejarah Raja-Raja Bolaang Mongondow” tetapi lebih tepatnya sesuai temuan-temuan yang holistic dan konfrehensif yang ada berdasarkan juga pada buku tersebut, maka bukunya tersebut lebih relevan lebih tepat dan lebih benar disebut dan ditulis “BUKU SEJARAH KHUSUS LELUHUR DAN KETURUNAN-KETURUNANNYA RAJA TADOHE’ “.

Tentang peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan lembaga-lembaga sosial, politik, kekuasaan, kewenangan dan pemerintahan yang berlaku sah sejak itu untuk seluruh kerajaan Bolaang Mongondow di era sebelum dan sesudah Punu’ Molantud Mokodoludut dan dilanjutkan oleh raja-raja Bolaang Mongondow sesudahnya termasuk di dalamnya yang diadakan di bukit sebelah utara desa Pontodon di periode raja-raja Bolaang Mongondow sebelum dan sesudah periode Raja Tadohe’ singkron dengan teori-teori yang berkenaan dengan “TEORI NEGARA DAN PEMERINTAHAN” menurut para ahli antara lainnya : Teori Jean Bodin; Teorinya Aristoteles; Teorinya Socrates; Teori Thomas Hobes; dan lain-lain. Bersambung ke tulisan yang berjudul “RAJA-RAJA LOLODA MOKOAGOW ATAU PARA DATU BINANGKANG DALAM PENAMAAN(RALAT I)”.

SUMBER DATA : Berdasarkan karya-karyanya W. Dunnebier sendiri; “Mododatu In Bolaang Mongondow Dan Pembatasan Penulisan Sejarah Untuk Kepentingan Penguasa Era Penulis W. Dunnebier”; dan lainnya. Untuk konvirmasi data-data sejarah atau hikayat maupun daftar silsila keturunan Raja-Raja Bolaang Mongondow atau Para Datu Binangkang(Raja-Raja Loloda’ Mokoagow)

ARTKEL TERKAIT



No comments: