Friday, March 14, 2014

Manuskrip-manuskrip Hadits yang diManipulasi oleh para leluhur Jawa

Serat Centhini jilid 4 merupakan lanjutan dari “manuskrip akhir zaman jayabaya”, walaupun ada manuskrip2 yg di fitnah (dimanipulasi) isi2 nya pada jilid2 sebelumnya, sebagai tanda bagi kita umat muslim akhir zaman yg di tipu oleh leluhur jawa terdahulu, bahwa manuskrip ini bukanlah manuskrip hadits melainkan tembang2 lagu, tetapi mereka salah jika memanipulasinya disaat masih ada ilmu pembeda mana yg haq dan mana yg bathil yg diajarkan oleh AL-Qur’an untuk kita umat muslim akhir zaman.

pada pupuh 259, tembang Maskumambang (tembang Maskumambang adalah salah satu tembang macapat dengan rumus terdiri dari empat kalimat dengan jumlah suku kata dan akhir kata: 12i, 6a, 8i, 8a), tembang 1 s/d 40 dan pupuh 260 (tembang macapat Durma), tembang 1 s/d 20 menceritakan tanda-tanda kiamat dan imam mahdi di dalamnya, berikut manuskripnya :
1. “Ingkang pangandika (n)Jeng Nabi sinelir, mring para sahabat, kawruhana den-atiti, tekaning dina kiyamat.”

Artinya: “Yang dikatakan oleh salah satu istri Nabi (mungkin yg dimaksud adalah istri rosulullah SAW, wallahu’alam), kepada para sahabat, untuk diketahui dan diperhatikan, datangnya hari kiamat.”

2. “Tembe lamun wus ana ngalamat keksi, patangpuluh nglamat, wijange sawiji-wiji, lah iki ta kahwruhana.”

Artinya: “Nantinya pada saat sudah ada tanda-tanda, empat puluh tanda-tanda, akan dijelaskan satu persatu, ini untuk diketahui.”

3. “Ingkang dhingin akeh masigit geng alit, pan pada kinarya, bicara sakeh prakawis, dunya neng jro mesjid ika.”

Artinya: “Pertama, banyak orang pandai besar maupun kecil, yang kerjaannya, bicara semua perkara, masalah keduniaan didalam mesjid.” (Note: memanfaatkan mesjid sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan dengan bicara apa saja di mesjid – tidak hanya bicara masalah agama, wallahu’alam).

4. “Kang kaphindo akeh ngulama wong alim, karone tan ana, netepi ngalimereki, myang netepi ngulamanya.”

Artinya: “Ke dua, banyak alim ulama, keduanya tidak ada, yang memenuhi syarat kealimannya, yang menenuhi syarat keulamaannya.” (Note: orang alim dan ulama cuma dari luarnya, tapi sifat sebenarnya jauh dari sifat alim dan ulama, wallahu’alam).

5. “Kaping telu keh wong kang tinggal salati, lan akeh manungsa, padha (ng)gegampang ngabekti, wektune salat sembahyang.”

Artinya: “Ke tiga, banyak orang yang meninggalkan sholat, dan banyak manusia, menganggap sepele menyembah Allah, pada waktunya harus sholat.” (Note: banyak orang tidak sholat maupun menunda waktu sholat).

6. “Kaping catur akeh wong kang tan nglakoni, jakat sekadarnya, awit panyananing ati, ora kena ing patrapan.”

Artinya: “Ke empat, banyak orang yang tidak menjalankan, kewajiban zakat sekedarnya, karena persangkaannya, tidak bisa (tidak mampu) untuk melaksanakan.” (Note: tidak menjalankan kewajiban zakat, berdalih karena tidak bisa / tidak mampu melaksanakan/kikir)

7. “Kaping lima marengi Ramelan sasi, keh wong tan puwasa, tur ngedeng dennira bukti, nora wedi nora wirang.”

Artinya: “Ke lima, pada bulan Ramadhan, banyak orang tidak berpuasa, ngotot berdalih, tidak takut dan tidak merasa malu.”

8. “Kaping nem akeh wong kang tinggal maring, kabejikan lawan, akeh wong kang anglakoni, maring pakaryan piala.”

Artinya: “Ke enam, banyak orang meninggalkan perbuatan baik, serta banyak orang yang menjalani perbuatan yang jahat “

9.” Kaping pitu akeh wong padha ngrasani, ing alaning liyan, saben kumpulan kawidjil, binabar angandhar-andhar.”

Artinya: “Ke tujuh, banyak orang yang membicarakan kejelekan orang lain, setiap berkumpul diutarakan, dibeberkan kemana-mana.” (Note: seperti laiknya infotainment di TV yang senang sekali menyebar dan mengumbar kejelekan orang).

10. “Kaping wolu akeh wong padha wani, ngedekakken wisma, utami sasamineki, dumunung ana ing kuburan.”

Artinya: “Ke delapan, banyak orang yang berani mendirikan rumah maupun bertempat tinggal di kuburan.” (Note: Banyak kuburan digusur untuk mendirikan rumah/apartemen bahkan ada para tuna wisma betul-betul berani berumah-tinggal di atas kuburan).

11. “Kaping sanga akeh wong jalu nyrupani, ing wong wadon ika, ngangge mas slake sutra di, wadone nyrupani priya.”

Artinya: “Ke sembilan, banyak pria menyerupai wanita, memakai perhiasan emas maupun berpakaian berbahan sutra, sedangkan yang wanita menyerupai pria.”

12. “Ping sapuluh akeh wong kang ngilangken maring, katrisnaning sanak, lan akeh wong nglaraken ati, mring sasama angganira.”

Artinya: “Ke sepuluh, banyak yang menghilangkan tali persaudaraan dan banyak orang yang menyakitkan hati pasangan hidupnya (istri/suami).” (Note: rasa persuadaraan maupun kehidupan keluarga tidak lagi harmonis).

13. “Ping sawelas keh wong ujub riya kibir, ing ngibadahira, lali yen netepi wajib, tengah tekabur sumengah.”

Artinya: “Ke sebelas, banyak orang yang ujub (merasa dirinya paling benar), riya (melakukan ibadah agar dipuji oleh orang lain), dan kibir (takabur/sombong) dalam beribadah, lupa menjalankan yang wajib, menjadi takabur.”

14. “Kaping rolas keng wong padha pasek yekti, amaido marang parentahing sarak nabi, ngaku wong adil (n)deladag.”

Artinya: “Ke dua belas, banyak orang yang betul-betul fasik (melanggar perintah agama atau menyimpang dari jalan yang benar), menyalahkan perintah-perintah Nabi, mengaku-aku dengan bangga sebagai orang yang adil.”

15. “Ping telulas keh saksi goroh nyungkemi, lawan akeh jalma, temen-temen angrawuhi, nanging ngaku tan unimga.”

Artinya: “Ke tiga belas, banyak saksi yang berbohong, juga banyak orang yang tahu tapi mengaku tidak tahu.” (Note: pada jamannya pengadilan bagaikan panggung sandiwara, seperti peristiwa Gayus – si Mafia Pajak).

16. “Ping patbelas keh uwong sathithik kang yekti, akeh donarira, lawan kaduga ngrungkebi, supata agegorohan.”

Artinya: “Ke empatbelas, sedikit orang yang jujur, lebih banyak yang ingkar (suka berbohong), lebih senang melakukan sumpah palsu.” (Note: lebih banyak orang yang senang berbohong daripada yang jujur).

17. “Ping limalas keh wong tan mulyaken marang, ing bapa biyungnya, lan jalma keh datan apti, sisinau maca Kur’an.”

Artinya: “Ke limabelas, banyak orang yang tidak menghormati orangtuanya (bapak dan ibunya), banyak orang yang tidak mau, belajar membaca Al-Qur’an.”

18. “Ingkang akeh bebengkrakan sukak ati, sinau sindhenan, nembang lagu warna-warni, ing sawanci-wancinira.”

Artinya: “Lebih senang belajar menyanyi, menyanyikan bermacem-macem lagu, tidak kenal waktu.” (Note: Lebih seneng nyanyi lagu segala macem, kapan saja dia mau, tidak peduli waktu siang atau malam, daripada belajar membaca Al-Qur’an).

19. “Ping nembelas akeh wong jalu manut ring, ing wadonira ika, lawan wadon boya bekti, iya mereng priyanira.”

Artinya: “Ke enambelas, banyak pria memakai anting-anting, yang wanita juga, serta banyak wanita yang tidak berbakti (hormat) kepada suaminya.”

20. “Ping pitulas keh wong sugih nora adil, sengit mrang wong mlarat, gething marang pekir miskin, kukum malah ngalap opah.”

Artinya: “Ke tujuh belas, banyak orang kaya tidak adil, benci dengan orang miskin, tidak suka pada fakir miskin.”

21. “Ping wolulas akeh ratu ingkang lalim, tekading tyas sasar, mundhut duweke wong cilik, tangeh darbeya tays harja.”

Artinya: “Ke delapan belas, banyak pemimpin yang lalim (kejam), niatnya hatinya keliru, ambil uangnya orang kecil, tidak punya hati nurani.”

22. “Ping sangalas akeh wong mulyaken mring, wong pasek jalaran, saking banget (ng)gonne wedi, taha lamun mulyakena.”

Artinya: “Ke Sembilan belas, banyak orang menghormati orang fasik (melanggar perintah agama atau menyimpang dari jalan yang benar), karena takutnya, tidak tahu siapa yang harus dimulyakan.”

23. Mring wong luhung mring satuhu-tuhu ngadil, lan mring para ngulama, para saleh para ngalim, teka tyase kurang rena.

Artinya: kepada para pemimpin yang berbudi luhur dan betul-betul adil, kepada para ulama, kepada para orang yang saleh dan alim, hatinya tidak senang.

24. Pring rongpuluh akeh wong kang tan ngreksa mring, titipaning liyan, malah-malah kumawani, doracara gawe cidra.

Artinya: Ke duapuluh, banyak orang yang tidak memelihara amanah orang lain, malahan berani melanggar dengan mengingkarinya. (Note: berani mengambil atau melanggar amanah orang lain).

25. Ping salikur akeh wong kang padha bukti, ing rabining liyan, ngedeng nora wigih-wigih, nir ing lingsem nora nyamar.

Artinya: Ke dua puluh satu, banyak orang yang senang dengan istr/suami orang lain, berani tanpa tedeng aling-aling, tidak malu ataupun berusaha menyembunyikan.

26. Ping rolikur keh jalma mateni jalmi, tur kinaniaya, serta akeh wong nglakoni, nenung-tinenungan mangga.

Artinya: Ke dua puluh dua, banyak orang membunuh dan menyiksa orang lain, serta banyak orang yang menjalankan perilaku santet menyantet (teluh).

27. Ping trilikur akeh wong anglakoni, padha ngombe arak, sasamine kang ngendemi, kang pancen kudu cinegah.

Artinya: Ke dua puluh tiga, banyak orang yang minum arak (minuman keras) ataupun yang lainnya yang membuat mabuk yang seharusnya dicegah.

28. Ping patlikur akeh wong pada nglakoni, ing panggawe ala, tan wiring sameng dumadi, tan wedi mring Allah.

Artinya: Ke dua puluh empat, banyak orang yang menjalankan perbuatan tercela, tidak inget yang memberi hidup, tidak takut kepada Allah SWT.

29. Ping salawe akeh wong ngalap artaning, anak yatim ika, myang artaning pekir miskin, tanpa welas tan riringa.

Artinya: Ke dua puluh lima, banyak orang yang mengambil uangnya anak yatim, uangnya fakir miskin, tidak ada rasa kasihan, tanpa was-was (ragu).

30. Ping nemlikur akeh wong anglakoni, sabarang pakaryan, kang ala sakalir-kalir, nora was-was nora wang-wang.

Artinya: Ke dua puluh enam, banyak orang yang berbuat segala macam perbuatan jahat tidak merasa ragu maupun khawatir.

31.  Pitulikur akeh sadurunging, ngumur kalih dasa, warsa anandhang sami, dhawuk maletuk wannira.

Artinya: Ke dua puluh tujuh, banyak orang sebelum umur dua puluh tahun sudah beruban rambutnya putih semua.

32. Kaping wolulikur akeh wong andalih, jina maring jalma, ingkang anglakoni becik, tinetepken lamun jina.

Artinya: Ke dua puluh delapan, banyak orang berdalih membenarkan jina, bahkan orang yang melakukan kebaikan, semua kebaikan dijalankan tapi jina dilanggar.

33. Kaping sangalikur akeh wong nglakoni, jina jina jarak, lan wong marang dhemen maring, padha lanang asahuwat.

Artinya: Ke dua puluh sembilan, banyak orang yang melakukan jina yang menyimpang, pria melakukan dengan sesama pria.

34. Ping tridasa akeh wong merdhukun maring, wong ahli petungan, nganggo tambane wong kapir, keh wong manut setan.

Artinya: Ke tiga puluh, banyak orang pergi ke dukun, orang ahli hitungan hari, minta obat pada orang kafir, banyak yang jadi pengikut setan.

35. Kang kaping tridasa-sawidji sathithik, wong sih-sinisihan, lan akeh jalma anglakoni, sesatron sameng tumitah.

Artinya: Ke tiga puluh satu, hanya sedikit orang yang saling sayang menyayangi, lebih banyak orang saling membenci satu sama yang lain.

36. Tridasa-dwi akeh dhumawahing riris, nyulayani mangsa, katiga lir rendheng nriwis, rendhenge kadya katiga.

Artinya: banyak turun hujan salah musim, musim panas seperti musim hujan, musim hujan seperti musim panas.

37. Tridasa-tri keha jalma tan gumati, mulyakaken Kur’an, malah punika kinardi, kasab angupaya boga.

Artinya: Ke tiga puluh tiga, banyak orang yang tidak lagi memelihara dan memulyakan Al-Qur’an, malahan dianggap tidak ada, terlupakan karena sibuk mencari makan (kehidupan).

38.  Kaping katridasa-catur amarengi, tanggal Ramelannya dhumawah Jumuwah ari, Riyadi uga Jumuwah.

Artinya: Ke tiga puluh empat, awal Ramadhan jatuh pada hari Jum’at dan Hari Raya juga jatuh pada hari Jum’at.

39. Kaping karidasa-panca akeh jalmi, aju bagus mudha, nora wiring anglakoni, mring pakrayan ala nistha.

Artinya: Ke tiga puluh lima, banyak anak muda yang ganteng/cantik tidak segan-segan mengerjakan pekerjaan yang nista (buruk).

40. Kaping katridasa-sad sangsaya luwih, atambah-matambah, panggaweyan tan paryogi, durmala maksiyat ngreda.

Artinya: Ke tigapuluh enam, makin banyak dan terus bertambah perbuatan yang kurang baik, kejahatan maksiat merajalela.
Selanjutnya diteruskan pupuh 260 dengan tembang macapat Durma (Durma adalah salah satu tembang macapat dengan rumus terdiri dari tujuh kalimat dengan jumlah suku kata dan akhir kata: 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i), tembang 1 s/d 20 yang menceritakan tanda-tanda kiamat yang terjadi di negara-negara Arab. Karena memakai bahasa Arab yang di alih bahasakan ke bahasa Jawa, penulis agak kesulitan untuk menterjemahkan ke bahasa Indonesia, tetapi saya bisa menerjemahkannya.
Bisa saya ceritakan pokok-pokoknya saja:
1. Tanda-tanda yang ke tiga puluh tujuh, akan ada peperangan yang melibatkan negara-negara di Jasirah Arab.

2. Tanda-tanda yang ke tiga puluh delapan, akan ada peperangan yang melibatkan negara-negara Jasirah Arab dengan negara Rum (negara Barat).

3. Tanda-tanda yang ke tiga puluh sembilan, akan ada raja kafir yang menyerang ke Madinah dan hampir menguasainya, tapi dengan pertolongan Allah SWT pasukan musuh ini ditelan bumi, sehingga Madinah tidak jadi dikalahkan.
4.  Tanda-tanda yang ke empat puluh, kedatangan Imam Mahdi yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Nglamat ingkang kaping kwandasa pungkasan, yeku jumenengneki, Sri Imam Mahdi tama, kalamun anuju sasi, Ramelan ana, grahana kaping katri.
Artinya: tanda yang ke empat puluh, yaitu pengangkatan (pengislahan), Sri Imam Mahdi (AL-Mahdi), pada bulan (sebelum) Ramadhan terjadi tiga kali gerhana (tanggal 25 april 2013, tanggal 10 mei 2013, dan  25 mei 2013).
b. Ping telulas, patbelas myang gangsal welas, tumedhak Imam Mahdi, aneng antaranya, rukun kalawan makam, Ibrahim Mekah nagari, yuswaya lagya, sakawandasa warsi.
Artinya: Pada tanggal 13, 14, dan 15, turunnya Imam Mahdi diantara Makam Ibrahim dan Ka’abah di Mekah, usianya sekitar empat puluh tahun.
c. Ingkang dadya pangareping wadyabala, Malekat Jabarail, dene pamburinya, Malekat Mingkailla, jumenenge Imam Mahdi, lir Hyang Suleman, kadi Dulkarnaeni.
Artinya: Yang jadi balatentaranya, Malaikat Jibril di depan sedangkan di paling belakang Malaikat Mikail. Diangkatnya Imam Mahdi seperti Nabi Sulaiman juga seperti Dhulkarnain (Alexander Agung).
dan berikut manuskrip jayabaya yg menandakan dekatnya hari pembalasan (Malhamah AL-Kubro) :
Babon asli kagunganipun Dalem Bandara Pangeran Harya Suryanegara ing Ngayugyakarta
Sinom
Wirayat kanthi dahuru, lalakone jaman wuri, kang badhe Jumeneng Nata, amengku bawana jawi, kusuma trahing Narendra, kang sinung panggalih suci.
artinya :Tanda-tanda dengan diawali munculnya huru-hara, kejadian zaman nanti, yang akan menjadi Pemimpin di tanah Jawa (Nusantara), seorang keturunan raja, yang memiliki hati suci.
Ing mangke karseng Hyang Agung, taksih sinengker marmaning, akeh ingkang katambuhan, mung kang para ulah batin, sinung weruh dening pangeran, iku kang saged mastani.
artinya :(Di saat nanti, sudah menjadi kehendak Tuhan Maha Agung, tetapi sekarang masih di dalam tabir rahasia ALLAH SWT, banyak orang tidak mengetahui, hanya orang yang mau mengolah batinnya, diijinkan Tuhan mengetahui (sebelum terlaksana), itulah orang yang tiada diragukan lagi)
Dene wontene dahuru, sasampune hardi Mrapi, gung kobar saking dahara, sigar tengahira kadi lepen mili toya lahar, ngidul ngetan njog pasisir.
artinya :(Sedangkan munculnya huru-hara (ditandai) setelah Gunung Merapi berkobar hebat (meletus) oleh sebab adanya bencana (gempa bumi), (Merapi) terbelah tengahnya seperti sungai, mengalir di dalamnya air (hujan) membawa lahar dingin, arahnya ke tenggara, lahar dingin yang dibawa oleh air, hanyut hingga masuk ke laut selatan.
Jangka Jayabaya ; Catursabda
Pethikan seratan tangan
Kangge sambetan jangka triwikrama
“Pameca wontening jaman dahuru, tuwin rawuhipun ratu adil panetep panatagama kalipatullah.
Pamecanipun sang prabu Jayabaya ing kadhiri. Kulup ingsun mangsit marang sira, yen ing tembe tanah Jawa wis kesingget-singget saenggon-enggon, desa-desa wus sigar mrapat, pasar-pasar ilang kumarane, kali ilang kedhunge, kereta tanpa turangga, lan ana satriya teka kang putih kulite, saka kulon pinangkane, nuli ana agama tatakonan padha agama.”
ARTINYA : “Mencermati terjadinya zaman kesengsaraan, hingga kedatangan Khalifatullah (imam mahdi) panetep panatagama, utusan Tuhan. Kewaskitaan Sang Prabu Jayabaya ing Kadhiri. Anak-anakku, ingsun berpesan (secara gaib) kepadamu, bilamana kelak tanah Jawa (nusantara)telah terpilah-pilah, pasar (tradisional) kehilangan gaungnya, sungai-sungai semakin surut airnya, kereta tanpa kuda, segera datanglah kesatria berkulit putih, dari barat asalnya, sejak itu terjadi perselisihan antar agama”
Apamaneh dhayoh mbagegake kang duwe omah, ana kebo nusu gudhel, endah-endah cacahing gendhing sekar kaendran, sanalika iku wong Jawa akeh kang tesmak bathok, sanajan mlorok ora ndelok, andheng-andheng dingklik,
lah ing kono kulup, ora suwe bakal katon alat-alate kang minangka dadi cacaloning Sang Ratu Adil panetep panata agama kalipatulah utusan kang ngemban dhawuhing Allah, paribasane sumur marani timba, guru luru murid, prajurit ngunus pedang katresnan,
“apalagi (pertanda) tamu mempersilahkan tuan rumah, orang tua berguru pada yang muda, muncul beragamnya nyanyian dan musik yang populer, seketika itu pula banyak orang Jawa yang berkacamata tempurung (walaupun melotot, tetap tidak bisa melihat), tahi lalat di wajah (yang nyata ada pada diri sendiri tidak dapat diketahuinya), nah di situlah anakku, tidak lama lagi akan mulai tampak tanda-tandanya siapa yang akan menjadi calon Ratu Adil, utusan yang mengemban perintah Tuhan, diumpamakan sumur mendatangi timba, guru berburu murid, prajurit menghunus pedang kasih sayang”
nanging akeh wong-wong kang padha mangkelake atine, nyumpelake kupinge, ngeremake matane.
“tetapi banyak orang-orang yang membuat kesal hati, mentulikan telinganya, dan menutup mata (tidak peduli).”
Nanging sapiro anane wong kang melek, padha ngrungu lan padha anggarubyung tut wuri lakune cacala mau mesthi slamet.
“tetapi seberapapun adanya orang yang peduli, mau mendengar, dan mengikuti jejak langkah Ratu Adil, maka mereka pasti selamat hidupnya”
…….awit sadurunge ratu adil rawuh, ing tanah Jawa ana setan mindha manungsa rewa-rewa anggawa agama, dhudhukuh ing glasah wangi, dadine manungsa banjur padha salin tatane, satemah ana ilang papadhange, awit padha ninggal sarengate, dadi kapiran wiwit timur mula.
“….sebab sebelum ratu adil (imam mahdi) datang, di tanah Jawa (nusantara) muncul “setan” berlagak manusia “berbulu” lebat mengaku pembela agama, menetap di “glasah wangi” menjadikan manusia berganti tatanan, menyebabkan datangnya kegelapan, karena orang-orang meninggalkan tradisinya, lalai sejak masih muda”
Mulane wekas ingsun marang sira, sira kang ngati-ati, krana  gusti sang ratu adil, lagi tapa mungsang ana sapucuking gunung sarandhil,
“Maka pesanku pada kalian, kalian harus berhati-hati, karena gusti sang Ratu Adil baru melakukan penempaan diri dalam ‘pertapaan’nya (mencari ilmu)”
mung gagamane bae golekana kongsi katemu, awit ing tembe bakal ana jumeneng ratu kang padha baguse, padha pangagemane lan iya padha paraupane, lah ing kono para wong-wong padha pakewuh pamulihane, satemah padha bingung,
..hanya saja, carilah “senjata”nya (Ratu adil) (yaitu mempelajari AL-Qur’an) sampai ketemu (pembeda yg haq dengan yg bathil), sebab kelak bakal ada berdiri ratu yang sama cakapnya (imam mahdi palsu), sama pakaiannya dan juga sama wajahnya, nah di situlah orang-orang akan merasa malu sendiri, sebagian yang lain kebingungan”
“…nanging luwih beja wong kang wis mangerti kang dadi pangerane, mulane sira kulup, dipoma aja nganti lali marang tetengering sang ratu Adil panetep panata gama.”
“…tetapi lebih beruntung orang yang sudah mengerti siapa yang menjadi pemimpin dan panutannya, makanya kalian semua jangan sampai lupa akan ciri-khas atau tanda khusus siapa sang Ratu Adil panetep panata gama.(harus mengetahui ciri2 imam mahdi yg berpegang pada syariat agama)”
Dene sira wis ketemu aja nganti sira katilapan, tutu buriya ing satindake lan embunan tumetesing banyu janjam, mesthi slameta langgeng ing salawas-lawas…mung iki piweling ingsun marang sira kulup, poma den estokna.
“jika kalian sudah bertemu (calon imam mahdi), jangan sampai kalian terlena, ikutilah jejak langkahnya, pasti selamat, abadi selamanya…hanya ini pesan ku kepada kalian semua, maka patuhilah”
Jangka Jayabaya, pethikan serat tangan
Bilih sampun wonten tandha-tandha ingkang sampun celak rawuhipun calon Ratu Adil;
(Tanda-tanda kehadiran Ratu Adil sudah dekat:
Padha kaping 1
“Besuk ing jaman akhir, sawise jaman hadi, ratu Adil Imam mahdi saka tanah Arab meh rawuh, tengarane tatanduran suda pametune, para pandhita kurang sabare, ratu kurang adile, wong wadon ilang wirange, akeh wong padu lan padha goroh, akeh wong cilik dadi priyayi, wong ngelmu kurang lakune lan nganeh-anehi.”
“Kelak, pada saat Ratu Adil “imam mahdi” ”dari tanah arab” (keturunan arab, keturunan rosulullah SAW) sudah hampir tiba waktunya, tanda-tandanya adalah; tanaman berkurang hasilnya, para pemuka agama kehilangan watak sabarnya, pemimpin kurang rasa keadilannya, perempuan kehilangan rasa malu, banyak orang bertengkar dan berbohong, banyak orang kecil menjadi priyayi, orang berilmu kurang pengamalannya dan tindak-tanduknya janggal/aneh.”
Tengara iki telung dina lawase, yen wis ana tengara mangkono, kabeh wong bakal ditakoni, sing ora bisa mangsuli bakal dadi pakane dhemit, sebab ratu adil mau rawuhe anggawa bala jim, setan lan seluman pirang-pirang tanpa wilangan.
“tengara ini 3 hari lamanya, bila sudah terdapat tengara itu, mulai memasuki zaman di mana semua orang akan ditanyai, yang tidak bisa menjawab bakal menjadi makanan makhluk halus (Jin/syaiton yg dikendalikan oleh imam mahdi melalui ilmu kenabian nabi sulaiman As), sebab ratu Adil kedatangannya membawa berjuta malaikat, jin dan makhluk halus banyak tak terhitung.”
Jangka Jayabaya
Salebare Raja Kuning
Babon asli kagungan Dalem
Bandara Pangeran Harya Suryawijaya
ing Ngayugyakarta
padha kaping 16
“Ana ratu kinuya-kuya, mungsuhe njaba njero, ibarate endhog ngapit sela, gampang pecahe, nanging rineksa Hyang Suksma, mungsuhe kaweleh-weleh,”
“ada ratu yang teraniaya, musuhnya luar dalam (di luar para zionis mencarinya, didalam keluarganya membencinya), ibarat telur terhimpit batu, mudah pecah, tetapi selalu dijaga keselamatannya oleh Tuhan, sehingga musuhnya menanggung malu sendiri”
“ratu mau banget teguhe kinuya-kuya ora rinasa, malah weh suka raharja, kaesa mbelani negara sigar semangka, ambeg utama tan duwe pamrih, mung netepi kasatriyane, tambal bandha mau, mung ngengeti kawukane,”
“ratu tadi sangat tabah teraniaya tidak dirasakannya, sebaliknya memberikan kesejahteraan kepada yang menganiaya, demi membela negara secara adil seperti membelah semangka, budi pekertinya yang sungguh mulia tidak memiliki pamrih, hanya memenuhi tanggungjawabnya sebagai kesatria (kodratulah), bersedia mengeluarkan hartanya karena ingat sejatinya tugas dan tanggungjawab manusia lahir ke dunia (sangkan paraning dumadi).”
ratu mau putrane mbok randha kasiyan, kawelas arsa wit timur mial, sinuyudan mring pra kawula,
“ratu tadi putranya ibu yang (lama) menjanda dan selalu prihatin dan teraniaya, namun penuh belas kasih sejak usia muda, sehingga sangat disayangi dan hormati oleh banyak orang”
ratu mau ijih sinengker Hyang Widhi, mapan samadyaning rananggana, sajroning babaya, minangka tapa bratane, kesampar kesandhung nora kawruhan, kajaba wong kang wis kabuka rasane, meruhi mas tulen lan kang palsu, ing kono katon banyu sinaring, wong becik ketitik ala ketara, wong palsu mecucu.
“ratu tadi (imam mahdi)masih disembunyikan oleh Tuhan, bertempat di dalam wahana rahasia Tuhan(bertempat tinggal yg diatasnya malaikat dgn izin Allah SWT melindungi persembunyiannya, sehingga tidak terlacak), di antara berbagai marabahaya, sebagai wujud tapa brata-nya, dianggap remeh dan tidak disangka oleh banyak orang, kecuali orang yang sudah terbuka rasanya, mampu mengetahui mana emas tulen dengan yang palsu, kebenaran ibarat air yang tersaring, orang baik akan tampak baiknya, orang jahat akan  terlihat jahatnya”
Begjane wong sing padha eling, cilakane kang padha lali. Sing sapa krasa lan rumangsa, bakal antuk kamulyan lan karaharjan.
“beruntung bagi orang yang selalu ingat, celaka bagi yang lupa diri. Barang siapa yang dapat mawas diri, tahu diri, bakal mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan”
pada kaping 19
ahire Pangeran anitahake, ratu adil imam mahdi, iya putrane mbok randha kasiyan, kang kesampar kesandhung, durung kinawruhan, ijih sinengker Hyang Widhi.
“akhirnya Allah SWT mengutus, ratu adil imam mahdi, yakni putranya “mbok randa kasiyan” yang terlunta, belum terungkap jati dirinya, masih dirahasiakan Tuhan”
Demikianlah manuskrip2 akhir zaman yg telah dimanipulasi oleh leluhur2 jawa terdahulu (coba cocokkan manuskrip2 hadits diatas dengan hadits2 tanda2 kiamat dan imam mahdi yg ada di zaman sekarang ini), ini bukti bahwa negeri ini adalah negeri Syam (negeri akhir zaman yg di rahasiakan dan dimanipulasi) , dan pulau jawa adalah Madinah, banyak bukti yg telah admin bahas dari artikel “sejarah islam di Indonesia yg ditutupi oleh dunia” (berikut link nya : http://wp.me/p3gX77-i), yg berhubungan dengan fitnah akhir zaman yg sangat besar yg sejarah2 indonesia terdahulu telah dimanipulasi oleh kaum bani israil baik bani israil di tanah palestina (yahudi) maupun bani israil di tanah jawa (orang jawa).

ARTKEL TERKAIT



No comments: