Thursday, January 9, 2014

Perawatan Keris Jawa dan Sesajinya.


  

  




Dalam budaya Jawa, keris adalah sesuatu yang khusus di hati orang-orang Jawa, termasuk pada orang-orang Jawa yang tidak memiliki atau tidak mengerti seluk beluk keris. Itulah sebabnya banyak yang memperlakukan keris dengan cara yang “istimewa”,  terutama adalah perlakuan mereka dalam hal perawatan dan penyimpanan keris. Ini disebabkan oleh kepercayaan mereka tentang adanya kegaiban di dalam keris. Selain mengharapkan tuahnya, mereka juga berhati-hati supaya jangan sampai mereka menjadi celaka oleh keberadaan keris itu. Keris akan mereka perlakukan dengan sangat hormat. Bahkan ada juga yang menyediakan satu kamar atau satu lemari di dalam rumahnya khusus untuk menyimpan keris atau benda-benda pusaka lain miliknya.
Pada jaman sekarang ini sebaiknya kita tidak terbawa-bawa pengkultusan keris. Kepemilikan keris jangan dipandang sebagai perilaku berhala, dan jangan juga kita memberhalakan diri dengan memelihara keris.
Perlakuan pemeliharaan dan pemberian sesaji jangan dipandang sebagai pemberian persembahan seperti halnya pemujaan berhala. Apakah perilaku kita terhadap keris kita itu termasuk sebagai perbuatan berhala, kita sendiri yang harus bisa menilainya. Sebaiknya kita sendiri juga harus sadar dan rela melepaskan pamrih yang bersifat berhala. Tanpa perlu kita berpikiran klenik dan berpamrih berhala, sisi kegaiban dan tuah keris adalah sesuatu yang menyatu dan ada di dalam sebuah keris. Kita hanya perlu untuk menjaga hubungan batin dan penyatuan keris dengan kita sebagai pemiliknya, karena keris itu "hidup" dan bisa menjadi "teman perjalanan" kita.
Jadikanlah mereka sebagai teman dari alam gaib. Dengan demikian kita juga dituntut untuk menjadi teman bagi mereka, diharapkan kita juga memperhatikan mereka dan bisa secara batin berinteraksi dengan mereka, jangan hanya sekedar menginginkan tuahnya saja, mengharapkan mereka bekerja seperti pesugihan.
Jangan mengkondisikan hati dan pikiran kita untuk bergantung kepada tuah mereka. Tuah dari khodam atau benda gaib adalah sesuatu yang intrinsik ada dari keberadaan mereka, kita hanya perlu mengsugesti mereka saja untuk memberikan tuahnya, sama seperti seorang teman yang memberikan bantuan dan perhatiannya kepada kita. Sesudahnya kita tidak perlu bergantung kepada tuah mereka. Karena seharusnya yang bekerja, yang sakti, yang ampuh bertuah adalah kita sendiri, mereka hanya membantu melengkapi kekurangan kita, jangan malah kita yang bergantung kepada tuah mereka.
Jangan kita pasif menunggu dan berharap mereka akan bekerja sendiri memberikan tuahnya seolah-olah tuah mereka sama dengan tuah pesugihan. Jadi kita sendiri harus tetap bekerja. Mereka bersifat membantu kelancaran dan keberhasilan usaha dan pekerjaan kita dan membantu menjauhkan kita dari kesulitan. Di sisi lain kita tetap harus dekat secara batin dan mengsugesti supaya khodam dan benda-benda gaib kita membantu kelancaran dan keberhasilan semua pekerjaan dan usaha kita. Kita sendiri harus selalu bisa peka rasa untuk selalu bisa "mendengarkan" bisikan komunikasi dari mereka dalam bentuk ide dan ilham yang mengalir di dalam pikiran kita (dan mimpi) dan tanggap firasat, peka sasmita, dan waspada jangan sampai kita sendiri yang masuk ke dalam kesulitan.


Ada banyak manusia yang suka berkomunitas, bergaul dekat dengan sesamanya, saling menghormati, memberi dan menerima, saling memberi manfaat / bantuan adalah sesuatu yang umum dalam kehidupan mereka, tetapi ada juga yang lebih suka hidup sendiri, menyendiri. Ada juga manusia-manusia yang hanya ingin berkomunitas dengan sesamanya saja, membentuk kelompok sendiri, banyak juga yang memilih menjadi mahluk liar dan menjadi ancaman / gangguan bagi orang lain di luar kelompoknya.

Ada banyak manusia yang suka memelihara binatang, dan ada banyak binatang yang suka berhubungan dekat dengan manusia dan akan mengikut kepada manusia bila si manusia bersikap bersahabat atau menunjukkan sikap memperhatikan mereka, apalagi bila si manusia memelihara mereka, walaupun awalnya mereka adalah hewan liar. Misalnya kucing, anjing, burung, ayam, atau hewan ternak lain, dsb. Hewan-hewan itu memberikan manfaat bagi manusia (tuah) secara langsung maupun tidak langsung, dan manusia bisa mengambil manfaat dari keberadaan mereka.

Begitu juga mahluk halus. Ada yang suka hidup dekat dengan manusia, biasanya bangsa jin yang seringkali menjadi pendamping atau prewangan, atau mereka tinggal di dalam rumah atau di sekitar rumah manusia yang seringkali keberadaannya tidak disadari oleh manusia, apalagi bila si manusia menghormati keberadaan mereka, suka memberi sesaji atau merawat tempat tinggal mereka (termasuk mahluk halus yang menjadi khodam jimat / pusaka).

Tetapi ada juga jenis hewan tertentu yang berbahaya bila manusia mendekatinya, atau bila manusia melewati tempat tinggal / sarangnya, seperti ular atau hewan liar lainnya. Begitu juga para mahluk halus. Ada di antara mereka yang berwatak keras dan tidak bersahabat dengan manusia, bisa menyerang manusia sewaktu-waktu, terutama di tempat-tempat yang sepi dan jauh dari permukiman manusia, yang biasanya adanya keberadaan manusia di lingkungan tempat tinggalnya akan dianggap mengganggu. Ada juga mahluk halus tertentu yang sulit ditebak jalan pikirannya, yang harus diwaspadai, karena sewaktu-waktu naluri / instingnya membuat mereka menyerang manusia.

Jadi sebenarnya hubungan manusia dengan mahluk halus / khodam hampir sama dengan hubungan manusia dengan binatang, atau hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ada yang harus diwaspadai, ada juga yang bersahabat. Hanya saja karena berbeda jenis, berbeda alam dan tidak familiar, ditambah banyak manusia melebih-lebihkan cerita, menyebabkan banyak muncul dogma dan pengkultusan.
Karena itu jadikanlah mereka sebagai teman dari alam gaib. Dengan demikian kita harus merubah sikap berpikir kita, yaitu bahwa pemberian sesaji itu adalah bentuk perhatian kita kepada sosok-sosok halus yang sudah bersama kita, bukan sebagai sesaji / upeti persembahan kepada sesosok mahluk halus. Dengan demikian kita telah menempatkan diri kita tidak di bawah kungkungan perilaku dan pemikiran berhala. Kita sendiri juga harus rela melepaskan pamrih yang bersifat berhala, supaya kita tidak terjerumus dalam perbudakan dan kesesatan  (perbudakan pamrih / hasrat dan kesesatan kita sendiri).
Pada masa sekarang sebaiknya kita merubah sikap berpikir kita, perlakukanlah keris sebagai teman hidup / pendamping perjalanan hidup kita dan jadikanlah pemeliharaan keris dan pemberian sesaji sebagai bentuk perhatian kita kepada si keris, sama seperti kita memperlakukan dengan baik seorang tamu / teman dan menyuguhkan makanan dan minuman kepadanya, atau seperti kita menawarkan rokok kepada teman seperjalanan.
Walaupun arti sesaji bagi para mahluk halus adalah sama dengan makanan dan minuman bagi manusia, tetapi sekalipun kita memberikan sesaji banyak, tetap saja semua sesaji dari kita itu tidak mencukupi semua kebutuhan "makan dan minum" mereka. Karena itu mereka memandang semua sesaji dari kita adalah bentuk perhatian kita kepada mereka, sehingga dengan bentuk pemberian sesaji itu kemudian terjalin rasa saling memberikan perhatian dan penghormatan, sedangkan kekurangan makan dan minum mereka, mereka sendiri yang akan mencari sendiri pemenuhannya.

Penulis banyak menemukan keris-keris milik para pembaca yang pasif, tidak memberikan penyatuannya dan tuahnya kepada manusia pemiliknya, padahal si pemilik keris berharap dengan ia memiliki benda-benda tersebut maka ia juga akan mendapatkan manfaat / tuahnya. 
Sekalipun kita sudah memiliki sebuah keris, jimat batu akik atau mustika, ataupun sudah mengkoleksi banyak, bukan berarti kita secara otomatis akan juga menerima manfaat dari keberadaan mereka. Mereka bersifat "hidup", sama seperti manusia yang lain. Seberapa baik interaksi kita dengan mereka dan seberapa besar rasa penyatuan dan perhatian kita kepada mereka (dan perhatian kita pada sesajinya) akan juga menentukan kadar antusias mereka membantu dan memberikan manfaatnya kepada kita. 
Apapun yang kita miliki sebaiknya kita rawat dan pelihara dengan baik seperti seharusnya. Sayang sekali kalau manfaatnya tidak kita dapatkan hanya karena kita mengabaikannya, atau hanya karena salah perawatan. Padahal untuk memilikinya kita sudah mengeluarkan biaya dan usaha yang cukup besar, dan keberadaannya juga cukup membebani kita, ditambah lagi kita juga sudah terlanjur berharap akan tuahnya. Karena itu berilah perhatian yang semestinya seolah-olah mereka adalah teman kita dari alam gaib, jangan diabaikan dan jangan salah perlakuan. Seberapa baik perhatian kita kepada mereka akan juga berdampak balik kepada kita.
Kalau kita sudah memiliki sebuah keris, kalau tuahnya memang diinginkan sebaiknya sesajinya juga rutin kita berikan, minimal sebulan sekali. Penulis sering sekali melihat keris-keris (termasuk milik para pembaca) yang khodamnya pasif tidak menunjukkan penyatuannya dengan si manusia pemiliknya, dan tidak bertuah (khodamnya tidak memberikan tuahnya) hanya karena sesajinya tidak diberikan, padahal orangnya sangat mengharapkan tuahnya, dan orangnya juga sering membanggakan kerisnya itu sebagai benda bertuah. Karena itu kalau tuahnya memang diinginkan sebaiknya sesajinya juga rutin kita berikan, minimal sebulan sekali, jangan kita menginginkan tuahnya tapi kita sendiri tidak memberikan perhatian apa-apa kepada kerisnya.
Karena itu bila kita sudah memiliki keris, sebaiknya perawatan dan sesajinya diperhatikan supaya keris-kerisnya aktif membantu kita dan tuahnya kuat. Kalau kita juga peka rasa dan tanggap firasat, itu akan menambah antusias kerisnya dalam membantu kita.

Halaman ini dikhususkan untuk kepemilikan keris Jawa atau benda-benda pusaka lain yang isi gaibnya sejenis dengan khodam keris jawa (khodamnya dari jenis gaib wahyu keris).
Secara umum halaman ini berlaku juga sebagai alternatif perawatan keris Bali. Dari banyak pusaka-pusaka Bali milik pembaca yang isi gaibnya sejenis dengan khodam keris jawa Penulis mendapati bahwa tuah-tuahnya tidak aktif bekerja karena masih kurang tepatnya pemeliharaannya. Supaya tuahnya lebih aktif dan pusaka-pusakanya menjadi lebih bermanfaat bagi pemiliknya sebaiknya tatacara pemeliharaannya disesuaikan mengikuti isi tulisan dalam halaman ini, terutama penggunaan minyak cendana kupang sebagai sesajinya (sebaiknya dicocokkan dahulu kebenarannya dengan cara menayuh keris seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh Keris dan ditanyakan perbedaannya sebelum dan sesudah perawatannya mengikuti isi tulisan di halaman ini).
Untuk jenis keris kamardikan, biasanya filosofi dalam pembuatannya dan isi gaibnya tidak sama dengan keris jawa, sehingga dalam hal pemeliharaan dan sesajinya jangan disamakan dengan keris jawa, sesajinya sebaiknya diperlakukan sama dengan jenis benda gaib lain selain keris jawa. Untuk pemeliharaan fisik kerisnya sebaiknya dibersihkan dengan minyak singer dan untuk sesajinya sebaiknya diolesi saja tipis-tipis dengan minyak misik putih di bagian ganja dan dapur kerisnya atau minyak misik itu bisa dicampur dengan minyak singer (silakan dibaca juga tulisan berjudul : Keris Kamardikan).

Selain pemeliharaan fisiknya, penghormatan kita kepada benda-benda pusaka kita dalam bentuk sesaji sangat menentukan aktif tidaknya pusakanya memberikan tuahnya kepada pemiliknya. Sekalipun kita sudah rajin memelihara fisiknya dan rajin memberikan sesajinya, seandainya tatacara pemeliharaannya dan bentuk sesajinya tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh isi gaibnya, itu akan berpengaruh juga pada aktif tidaknya pusakanya kepada manusia pemiliknya. 
Karena itu bila kita ingin benda-benda pusaka kita itu lebih bermanfaat untuk kita, yang bukan sekedar menjadi benda-benda pajangan / koleksi saja, sebaiknya pemeliharaan fisik dan sesajinya kita lakukan dengan disesuaikan pada keinginan isi gaibnya, bukan sekedar mengikuti tatalaku tradisi atau mengikuti keinginan kita sendiri. Atas benda-benda pusaka kita sebaiknya lebih dulu dicaritahu kebenarannya dengan cara menayuh keris apakah benda-benda pusaka kita sudah aktif bertuah dan apakah masih ada tatalaku pemeliharaan dan sesaji yang masih kurang tepat, dan apakah jika tatalaku pemeliharaan fisiknya dan sesajinya disesuaikan dengan mengikuti isi tulisan dalam halaman ini pusaka-pusakanya menjadi lebih aktif bertuah. Perlakuan perawatan keris jawa sebagai berikut :

     1.  Penjamasan Keris dan Sesaji.

Penjamasan Keris
Secara tradisional perawatan keris dilakukan dengan cara yang khusus yang berbeda dengan cara orang memperlakukan benda-benda gaib lain. Yang dimaksud perawatan keris disini adalah perlakuan terhadap keris yang biasanya meliputi pemeliharaan fisik keris, penjamasan, dan pemberian sesaji. 
Banyak pemilik keris yang rajin melakukan penjamasan keris secara rutin, misalnya setiap bulan Suro atau Maulud, atau memberi sesaji seperti membakarkan dupa / kemenyan atau sesaji kembang setiap bulan sekali pada malam Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon. 
Bila anda ingin menjamas keris, bulan Maulud adalah waktu yang terbaik untuk menjamas keris. Secara spiritual bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual pembersihan diri, ruwatan nasib / sengkala, ritual syukuran, ritual bersih desa, menjamas keris, mandi kembang, berziarah, dsb.
Sebagian lain orang Jawa melakukan penjamasan keris pada bulan Sura (Suro).
Secara spiritual bulan Sura adalah bulan yang paling  tidak baik  untuk semua keperluan jangka panjang, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Bulan Sura paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan. Bulan Sura umumnya diisi dengan ritual bersih diri / ruwatan, membersihkan rumah dan pusaka, dsb.
Upaya bersih diri / ruwatan pribadi dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara mandi kembang dan berdoa memohon supaya dilapangkan / dibukakan jalan hidup dan dijauhkan dari segala macam bentuk kesulitan (baca juga : Laku Prihatin dan Tirakat).  Sebaiknya juga dilengkapi dengan membersihkan rumah dan lingkungannya, baik yang bersifat fisik maupun gaib.
Bagi para pemilik pusaka, keris atau tombak, tidak ada keharusan terhadap pusaka itu untuk dilakukan penjamasan pada bulan Sura atau Maulud, tetapi cukup dibersihkan saja dan diberikan sesajinya dan disugestikan supaya pusakanya memberikan bantuan yang positif dan disugestikan supaya membantu membersihkan segala sesuatu yang bersifat negatif.  Penjamasan pusaka pada bulan Sura atau Maulud adalah bersifat tradisi dalam rangka nguri-uri budaya, tetapi tidak bersifat keharusan. Hanya perlu dijaga jangan sampai pusakanya kotor atau karatan.
Penjamasan pusaka tidak termasuk sebagai sesaji, tetapi merupakan bentuk perhatian kita pada pemeliharaan fisiknya sebagai benda pusaka. Menjamas keris tidak harus dilakukan setiap tahun atau pun terlalu sering.  Menjamas keris paling baik dilakukan pada bulan Maulud, dan bisa dilakukan 3 atau 4 tahun sekali, atau bahkan cukup sekali saja pada saat pertama memiliki keris tersebut, selebihnya tergantung pada kondisi kerisnya kotor berkarat atau tidak.
Ada juga orang yang rajin menjamas kerisnya, selain karena tradisi, juga karena dalam penjamasan itu ada proses melumuri keris dengan warangan / arsenik, yang walaupun beracun, tetapi berguna untuk membantu mengawetkan logam keris dan berguna untuk menonjolkan motif pamor pada badan keris, sehingga gambar pamor keris akan tampak kontras dan bilah kerisnya kelihatan lebih indah.
Penggunaan arsenik sebagai bahan warangan akan membuat logam bilah keris menjadi hitam (menjadi lebih gelap), tetapi logam gambar pamor keris tidak ikut berubah menjadi gelap, sehingga gambar pamornya akan kelihatan menonjol putih / keperakan di atas bilah kerisnya yang berwarna gelap.
Dengan demikian penggunaan bahan arsenik itu dapat membantu menonjolkan motif pamor pada badan keris, gambar pamor keris akan tampak kontras dan keseluruhan bilah kerisnya akan kelihatan lebih indah. Tetapi penjamas keris di kota kecil atau di pedesaan tidak semuanya melakukan pewarangan keris dengan bahan arsenik, sehingga mungkin efek pewarangan kerisnya tidak sebagus arsenik.
Karena bahan warangan sifatnya beracun, maka serahkan saja urusannya kepada si penjamas keris, jangan kita sendiri yang melakukan pewarangan dengan arsenik. Dan setiap sesudah memegang keris sebaiknya kita segera mencuci tangan dengan sabun cuci pakaian (jangan sabun mandi karena kurang kuat kadar pembersihannya). Entah kerisnya diwarangi ataupun tidak, sebaiknya setiap sesudah memegang keris kita segera mencuci tangan, untuk kehati-hatian.
Mengenai penjamasan keris, sekalipun penjamasan keris bermaksud baik, tetapi sayangnya kebanyakan keris  'merasa'  tidak cocok dengan cara orang sekarang menjamas keris. Terlalu sering menjamas keris juga dapat mengikis logam keris. Sebaiknya setelah penjamasan itu ditanyakan kepada kerisnya  (seperti contoh dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris ) apakah kerisnya merasa cocok dengan jamasannya. Jika kerisnya merasa cocok, berarti dilain waktu bisa dijamas lagi oleh penjamas yang sama, tetapi kalau jawabannya tidak cocok, sebaiknya pada penjamasan berikutnya dicoba dijamas oleh penjamas yang lain.

Sesaji
Panjangnya waktu di dunia mahluk halus berbeda dengan panjangnya waktu di dunia manusia (silakan dibaca tulisan berjudul : Sukma di Alam Roh). Tetapi untuk mahluk halus yang sudah berada di dunia manusia, misalnya mahluk halus yang sering berinteraksi dengan manusia, atau yang menjadi khodam benda gaib dan pusaka atau khodam ilmu / pendamping, waktu bagi mereka di dunia manusia secara umum sudah sesuai dengan perhitungan waktu dalam kalender jawa, yaitu bersiklus 35 hari sekali. Karena itu ada orang yang rajin memberikan sesaji setiap bulannya setiap malam Jum'at Kliwon, atau Selasa Kliwon. Untuk memberikan sesaji sebaiknya kita juga mengikuti kalender jawa itu, yaitu 35 hari sekali. Tetapi untuk mudahnya, sebaiknya dilakukan paling sedikit sekali saja setiap bulan. Lebih mudah kalau kita melakukannya misalnya setiap tanggal 1 - 10 setiap bulannya, supaya tidak lupa.
Sesaji diberikan paling sedikit sekali setiap bulan, bisa hari apa saja. Paling baik adalah hari atau malam Jum'at. Hari pasarannya bisa hari apa saja.
Untuk sesaji keris jawa sebaiknya menggunakan sesaji yang bernuansa jawa, karena tidak semua keris jawa menyukai sesaji bentuk lain.
Contoh sesaji yang sudah umum digunakan secara tradisional untuk keris jawa adalah sbb :
 
Kemenyan jawa.
Penggunaan kemenyan jawa sebagai sesaji adalah dengan cara dimasukkan ke dalam bakaran arang kayu atau langsung dinyalakan dengan korek api. Diusahakan supaya apinya tidak menyala, hanya berasap saja. Yang menjadi sesaji adalah asap bakarannya.

Contoh kemenyan jawa.


Setelah asapnya keluar, paling baik adalah bilah kerisnya diasapkan di atas kemenyan itu. Tapi boleh juga kerisnya diletakkan di dekatnya dan disugestikan bahwa bakaran kemenyan itu adalah untuk kerisnya.
Jika bilah kerisnya diasapkan di atas bakaran kemenyannya, sebaiknya posisi bilah kerisnya itu jangan terlalu dekat dengan kemenyannya, karena asap yang dekat dengan kemenyannya dapat memberikan endapan minyak lengket di bilah kerisnya.

Di pasaran Penulis ada menemukan kemenyan jawa bermerk 555 yang sangat baik dan disukai oleh isi gaib keris jawa dibandingkan kemenyan jawa dari merk yang lain.
Kemenyan jawa memberikan pengaruh kegaiban yang besar pada keris jawa yang dapat juga membuat tuahnya lebih ampuh terasa dan aura wibawanya menjadi lebih menonjol keluar. Jadi kalau diinginkan kerisnya lebih terasa aura wibawanya dan lebih terasa keampuhan tuahnya sebaiknya sesajinya adalah bakaran kemenyan jawa. Hanya saja sekalipun jenis sesaji kemenyan ini efek pengaruh gaibnya besar, tetapi pada masa sekarang penggunaannya sangat tidak nyaman, karena bau asapnya kentara sekali dan akan dikatakan orang sebagai klenik.

Dupa.

Pada jaman dulu umumnya sesaji dupa ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu, tetapi di pasaran Penulis ada menemukan jenis dupa berbentuk kerucut dari sebuah merk, yang kotaknya berwarna merah lebih baik daripada yang kotaknya berwarna biru. Dupa kerucut itu bisa dibakar di dalam bakaran arang kayu, bisa juga langsung dibakar dengan korek api, tidak menggunakan bakaran arang kayu lagi.

Cara penggunaan sesaji dupa sama dengan kemenyan, yaitu dibakar, tetapi diusahakan supaya apinya tidak menyala, hanya berasap saja. Yang menjadi sesaji adalah asap bakaran dupanya.
S
etelah asapnya keluar, paling baik adalah bilah kerisnya diasapkan di atasnya. Tapi boleh juga kerisnya diletakkan di dekatnya dan disugestikan bahwa bakaran dupa itu adalah untuk kerisnya.
Tetapi sama dengan kemenyan, pada masa sekarang penggunaan sesaji dupa ini sangat tidak nyaman, karena bau asapnya kentara sekali dan akan dikatakan klenik.


Kayu dan Minyak Cendana.

Ada juga sesaji kayu cendana jawa, cendana keraton, dan cendana kupang. Kayu cendana kupang lebih disukai karena baunya yang lebih harum. Pada jaman dulu biasanya kayu cendana ini dijadikan serbuk atau serpihan-serpihan kecil dan penggunaannya sebagai sesaji keris jawa dilakukan dengan ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu. Biasanya dikombinasikan dengan bakaran kemenyan jawa dan dupa.

Pada masa sekarang sudah ada minyak cendana yang penggunaannya cukup dioleskan pada badan kerisnya, sehingga penggunaannya lebih praktis daripada yang dibakar. Walaupun lebih merepotkan, tetapi penggunaan minyak cendana yang dibakar dalam bakaran arang kayu akan memberikan efek yang lebih baik pada kegaiban keris jawa dibandingkan yang penggunaannya dioleskan.

Sesaji kembang
Sesaji kembang, kembang telon atau kembang tujuh rupa / setaman (kembang tujuh rupa lebih baik daripada kembang telon), adalah contoh sesaji yang sangat umum digunakan dalam masyarakat jawa dalam berbagai ritual. Sesaji kembang bersifat netral dan cocok untuk semua jenis keris jawa.
Untuk keperluan sesaji, kembang tersebut ditempatkan dengan dasar daun pisang di atas piring / mangkuk dan diletakkan di dekat kerisnya (bisa juga kerisnya diletakkan di atas kembang tersebut).
Ada juga minyak mawar dan minyak melati (minyak melati lebih baik daripada minyak mawar), biasanya digunakan sebagai pengganti sesaji kembang, tetapi kadar efek kegaibannya tidak sebaik sesaji kembang itu sendiri. 
Minyak kembang sebaiknya digunakan hanya untuk keris jawa yang berkarakter halus saja, misalnya yang untuk kerejekian, pengasihan, dsb, bukan untuk keris yang berkarakter keras, seperti yang untuk kewibawaan, penjagaan gaib, dsb, karena akan dapat menurunkan kadar kegaibannya (mempengaruhi karakter keras khodamnya menjadi berkarakter halus mengarah pada pengasihan).

Kopi Tubruk
Kopi tubruk manis panas bisa juga diberikan sebagai sesaji untuk keris-keris jawa (kalau tidak punya sesaji jenis lain). Yang dimaksud kopi tubruk adalah minuman kopi seperti di kampung, kopi tradisional, bisa juga kopi bermerk Kapal Api, bukan kopi modern seperti Nescafe. Sajikan di dalam gelas tanpa tutup dan diletakkan di atas meja. Biarkan sesajinya demikian selama semalam. Esok harinya sudah bisa dibuang.


Alternatif Perawatan Keris dan Sesaji

Bila anda tidak rajin menjamas keris anda, Penulis ingin memberikan masukan sebagai alternatif, seperti yang sudah Penulis lakukan sendiri, untuk dilakukan oleh para pemilik keris, terutama pada penggunaan minyak cendana kupang sebagai sesaji, dengan maksud supaya perawatan kerisnya menjadi lebih sederhana (lebih praktis), tidak berbiaya mahal, tidak mengurangi kegaiban kerisnya, juga akan menambah kedekatan pemilik keris dengan keris-kerisnya, dengan syarat si pemilik keris menayuh dahulu kerisnya, sebelum atau sesudahnya, untuk mengetahui apakah yang dilakukan terhadap kerisnya cocok dengan keinginan kerisnya 
(baca :  Ilmu Tayuh Keris ).
Sebagai alternatif perawatan, lakukanlah meminyaki keris dengan minyak cendana merah wangi (minyak cendana Kupang)  sebagai sesaji, dicampur sedikit minyak singer supaya kerisnya tidak berkarat, dengan perbandingan 5 : 1  (minyak cendana 5 bagian dan minyak singer 1 bagian).  Pilihlah minyak cendana yang baik kualitasnya, mengingat harga per cc- nya tidak mahal.
Di Jakarta, minyak cendana merah (Kupang) bisa dibeli di toko minyak arab di Condet, Cililitan, Jakarta Timur. Di kawasan itu ada banyak toko minyak yang menjual minyak cendana. Di Condet itu Penulis menemukan satu jenis minyak cendana, yang kata penjualnya buatan India, harganya termasuk yang paling murah dibandingkan minyak cendana lainnya, tetapi ternyata paling disukai oleh gaib-gaib keris (baunya juga lebih pekat dan harum).
Jenis-jenis sesaji minyak arab, minyak cendana, dupa, bisa dibeli di toko-toko minyak wangi arab di pinggir jalan atau di toko-toko yang menjual perlengkapan haji atau perlengkapan agama Islam (di Jakarta bisa dibeli di Condet, Cililitan, Jakarta Timur).
Minyak cendana, selain bisa dibeli di toko minyak arab di pinggir jalan, bisa juga dicari di pasar di tempat orang menjual keris, biasanya ada yang menjual minyak cendana merah / kupang.
Minyak singer bisa dicari di super market atau di toko sparepart mesin atau
bengkel kendaraan bermotor.


Minyak Singer dan Minyak Cendana Kupang.
Cara penggunaannya sbb :
Minyak cendana dan minyak singer dicampurkan di tempat tersendiri (di mangkok beling) dengan jumlah yang cukup untuk meminyaki keris, tidak berlebihan, dengan perbandingan 5 : 1.  Campuran minyak tersebut dioleskan tipis-tipis saja dengan kuas pada seluruh badan kerisnya. 
Jika anda cukup telaten, anda juga bisa melepaskan gagang kerisnya untuk meminyaki bagian pesi kerisnya, tetapi dalam melepaskan gagang kerisnya itu haruslah hati-hati, karena biasanya bagian pesi keris lebih karatan dan lebih keropos daripada bilah kerisnya.




Setelah selesai diolesi minyak, kemudian keris-kerisnya disandarkan ke dinding dengan posisi bagian tajamnya di bawah dan diberi dasar lipatan koran atau kain, supaya minyak yang berlebihan turun mengalir ke bawah.


Jika menggunakan jagrak keris, keris-kerisnya bisa ditempatkan di jagrak tersebut dengan posisi bagian tajamnya di bawah dan diberi dasar lipatan koran atau kain, supaya minyak yang berlebihan turun menetes ke bawah.
Biarkan demikian selama semalam sampai minyaknya tiris. Keesokan paginya setelah minyaknya tiris, keris-keris sudah bisa dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.

Penulis sudah menelusuri banyak macam minyak pelumas dan minyak perawatan logam. Minyak singer sengaja dipilih oleh Penulis karena efek negatifnya terhadap kegaiban keris sangat kecil, sehingga cukup baik untuk digunakan dalam perawatan logam keris dibanding jenis minyak pelumas / minyak perawat logam lainnya yang efek negatifnya terhadap kegaiban keris lebih besar yang bahkan bisa membuat khodam kerisnya pergi menghilang. Karena itu sebaiknya para pembaca berhati-hati dalam menggunakan minyak perawat logam selain minyak singer itu.

Untuk perawatan fisik keris, lakukanlah peminyakan keris seperti di atas beberapa bulan sekali setiap tahun supaya kerisnya tidak berkarat.
Untuk sesaji, setiap bulan keris-keris diminyaki dengan minyak cendana, cukup dioleskan tipis-tipis saja di bagian ganja dan dapurnya, atau di bagian badan kerisnya (sebelumnya kerisnya dikeluarkan dulu dari sarungnya). Sesudah itu kerisnya bisa dimasukkan kembali ke dalam sarungnya (sebaiknya minyak cendana itu dicampur juga dengan sedikit minyak singer untuk perawatan logam kerisnya supaya tidak mudah berkarat).
Untuk keris-keris yang fungsi tuahnya untuk kerejekian atau ketentraman keluarga, terutama untuk yang isi gaibnya adalah perempuan (ibu-ibu) pada bulan-bulan yang lain dapat ditambahkan mengolesinya dengan minyak melati atau minyak mawar, tetapi minyak-minyak kembang itu jangan digunakan untuk keris-keris yang bertuah untuk kewibawaan, penjagaan gaib, dsb, karena akan dapat menurunkan kadar kegaibannya (mempengaruhi karakter keras khodamnya menjadi berkarakter halus).
Pemberian minyak melati atau minyak mawar tersebut bersifat tidak wajib, sebenarnya juga tidak perlu, karena pemberian minyak cendana saja sudah cukup (apalagi gaib-gaib keris lebih menyukai minyak cendana daripada minyak melati atau minyak mawar), dan kadar kegaibannya juga masih lebih baik minyak cendana daripada minyak kembang.
Jika peminyakan keris dengan minyak cendana ini dianggap merepotkan, sebagai gantinya dapat diberikan sesaji kembang telon (lebih baik lagi kembang tujuh rupa), ditempatkan dengan dasar daun pisang di sebuah piring, dan diletakkan di dekat kerisnya yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, atau bilah kerisnya diletakkan di atas kembang tersebut. Jika kerisnya banyak, kembang tujuh rupa yang cukup banyak bisa ditempatkan dengan dasar daun pisang di sebuah nampan atau tampah, dan keris-keris itu diletakkan di atas kembang tersebut. Biarkan demikian selama semalam.
Jika anda memiliki keris atau banyak keris dan penyimpanannya ditempatkan di sebuah kamar / ruangan tersendiri yang tidak masalah jika ruangan itu berbau asap bakaran sesaji, akan lebih mudah jika sesajinya adalah berupa asap bakaran (asap bakaran minyak cendana, kemenyan atau dupa). Sesaji berupa asap bakaran yang cukup banyak disugestikan kepada keris-kerisnya bahwa asap bakaran sesaji itu adalah untuk mereka semua.
Untuk keris-keris jawa, jika sesajinya menggunakan jenis minyak, misalnya minyak cendana, paling baik dilakukan dengan cara pengasapan (dibakar dalam bakaran arang kayu), selain akan memberikan efek kegaiban yang lebih baik, juga tidak akan mengotori bendanya, dibanding yang penggunaannya dengan cara dioleskan. Hanya saja bau asapnya kentara sekali dan akan dikatakan klenik.
Baca juga : Sesaji.

Catatan :
 
Kalau sebelumnya anda sudah menjamas keris, atau anda rajin menjamas keris anda, dan kondisi kerisnya masih baik, tidak karatan, sebaiknya peminyakan ini jangan dilakukan, karena peminyakan ini dapat melunturkan warangan keris.
Apalagi kalau anda menyukai penjamasan keris karena adanya proses mewarangi keris yang sesudah selesai penjamasan itu badan kerisnya akan tampak lebih bagus, sebaiknya dalam memberikan sesaji jangan yang berbentuk minyak dan tidak melakukan peminyakan, karena akan dapat melunturkan warangan kerisnya. Lebih baik jika sesajinya adalah berupa kembang telon atau kembang 7 rupa atau dalam bentuk asap bakaran (asap bakaran minyak cendana, kemenyan atau dupa). Hanya saja bau asapnya akan kentara sekali dan akan dikatakan klenik.

Perhatian :
Jika anda baru mendapat / menerima sebuah keris yang karatan karena tidak terawat, kalau kerisnya kotor berkarat ringan, minyak singer bisa digunakan bersama sikat gigi untuk digunakan membersihkan / menghilangkan kotoran karatnya. Tetapi kalau sesudahnya ternyata karatnya masih ada, atau karatnya tebal, sebaiknya dilakukan penjamasan kepada penjamas keris, jangan melakukan penjamasan sendiri karena hasilnya belum tentu baik.
Di bawah ini dituliskan beberapa perlakuan terhadap keris dan bahan yang digunakan yang sangat berpengaruh negatif terhadap sisi kegaiban keris, yang bahkan bisa membuat khodamnya pergi meninggalkan kerisnya. Sebaiknya dihindari.
1. Selain minyak singer, sebaiknya jangan menggunakan minyak pelumas / perawat logam lain.
2. Air keras, bensin, minyak tanah, solar.
3. Sabun colek dan sabun cuci bubuk, brasso, bahan poles cat mobil / motor.
4. Penyepuhan bilah / dapur / ganja keris.
5. Amplas, kikir, gerinda, bor.
Ada juga bahan berupa parafin yang sering digunakan orang dalam penjamasan / peminyakan keris. Sebaiknya ditayuh dulu apakah penggunaan parafin itu akan berdampak buruk terhadap sisi kegaiban kerisnya, karena Penulis mendapatkan jawaban dari banyak keris bahwa mereka tidak menyukai penggunaan minyak parafin.


     2.  Penambahan Aksesoris.
Bagi yang ingin menambahkan aksesoris pada kerisnya, walaupun penambahan berbagai aksesoris itu bermaksud baik, tetapi Penulis menganjurkan supaya si pemilik keris mengerti juga sisi spiritualnya (misalnya terlebih dahulu menayuh kerisnya)  supaya pemberiannya itu lebih dapat memberi manfaat, selain bermanfaat memperindah fisik keris itu sendiri, juga cocok dengan keinginan si gaib keris, tidak mengurangi kegaibannya, dan menambah kedekatan psikologis si pemilik keris dengan gaib kerisnya.

Mendak dan Salut Keris


Pemasangan mendak dan salut  pada gagang keris biasanya dimaksudkan untuk menambah keindahan dan kemewahan pada gagang kerisnya.
Ada juga yang mengganti sarung dan gagang kerisnya dengan kayu yang lebih baik dan lebih mahal. Ada juga yang mengganti sarung kerisnya dengan yang memakai pendok, dari pendok biasa sampai yang berlapis emas.

Biasanya kayu asem tidak digunakan karena akan memberikan bau yang tidak sedap pada kerisnya. Kayu jati sebaiknya tidak digunakan karena kayu itu bisa menyerap / melunturkan / meredam aura wibawa keris (termasuk jika kayu jati digunakan sebagai kayu tatakan keris). Yang paling sering dipakai adalah kayu timaha / timoho. Kayu timoho disukai karena mempunyai corak berwarna coklat kehitaman yang bagus setelah dijadikan sarung keris (setelah dipolitur dan dipernis). Selain itu juga ada bentuk corak-corak tertentu pada kayu timoho yang oleh sebagian orang dianggap mempunyai tuah tertentu.
Untuk tujuan menjaga kegaiban keris, biasanya si gaib keris menghendaki benda-benda aksesoris yang sudah berusia tua (bekas pakai). Secara kegaiban, benda-benda logam dan kayu-kayu tua dan dulunya sudah pernah dipakai oleh manusia (sama halnya seperti perabotan logam atau lemari dan meja dari kayu) memang lebih cocok untuk urusan kegaiban, karena benda logam dan kayu-kayu itu menyimpan energi / aura "kehidupan gaib", dibanding kayu dan benda-benda logam yang baru. Sebaiknya digunakan cara seperti menayuh keris untuk mengetahui kebenarannya.
Pemberian butiran emas pada keris-keris berdapur naga (dimasukkan ke dalam mulut naganya) biasanya dimaksudkan sebagai sesaji. Pemberian butiran emas, mendak dan salut  yang terbuat dari emas atau dilapisi emas dan kalung emas biasanya dimaksudkan sebagai penambah keindahan dan kemewahan keris, tetapi secara spiritual pemberian yang berbahan emas itu juga berguna untuk meredam sifat galak dari gaib keris supaya lebih kalem, hawa panasnya menjadi lebih adem, dsb, walaupun kadar pengaruh penurunannya tidak banyak.
Sifat galak dan hawa panas keris akan banyak teredam dengan menyelubungi keris berikut sarungnya dengan kain katun hitam. Walaupun tidak seluruhnya hawa panas itu teredam, tapi akan banyak berkurang. Tetapi ini akan menjadi perlakuan yang tidak pantas dan tidak enak dilihat bila kita membungkus keseluruhan keris dengan kain hitam. Bisa diakali dengan cara lain, yaitu melilitkan kain katun hitam pada bagian pendok keris atau pada bagian pesi keris.
Pemberian kain tertentu kepada keris, biasanya digunakan sebagai selimut pembungkus / sarung keris, biasanya dilakukan dengan latar belakang alasan kebatinan. Mengenai warna kain yang digunakan di masyarakat ada banyak macamnya. Yang sering digunakan adalah kain-kain yang berwarna hitam, kuning, merah, putih dan hijau tua. Kebanyakan orang melakukannya hanya berdasarkan tradisi kebiasaan saja, tapi ada juga yang bisa merasakan pengaruhnya, terutama kain merah yang dapat membuat kerisnya terasa lebih "galak".

Kebanyakan upaya yang dilakukan orang adalah untuk menaikkan "power" nya, dalam artian supaya kerisnya kelihatan lebih bertuah, "galak" dan berwibawa. Usaha menaikkan power benda gaib selain dengan memberikan kain merah, biasanya adalah dengan rajin mewiridkan amalan gaib. Tetapi power itu hanya terkait dengan sifat galak dan
berwibawa keris, bukan kekuatan gaib keris. Untuk menaikkan kekuatan gaib keris secara permanen hanyalah dengan memberikannya energi yang lebih tinggi dari kekuatan gaib kerisnya untuk diserapnya.
Masing-masing warna kain, warna hitam, merah, putih dan hijau (yang bahannya asli katun, bukan tetiron) dan kain kuning yang mengkilat (nilon) memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap keris. Uraiannya sbb :
1. Kain putih bersifat netral.
2. Kain hijau tua dapat menambah keteduhan aura keris.
3. Kain kuning mengkilat dapat menambah karisma keagungan / aura keningratan.
4. Kain katun merah terang dapat menaikkan "power" keris, dalam arti dapat menaikkan aura galak dan berwibawa dari kerisnya.
5. Kain katun hitam dapat menambah kepadatan energinya (menaikkan kekuatan / kesaktian gaib keris), menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.

Kalau lebih diinginkan kekuatan gaibnya, misalnya yang tuah utamanya untuk penjagaan gaib / tolak bala, sebaiknya diberikan bungkus kain katun hitam.
Kalau lebih diinginkan kekuatan tuahnya, misalnya yang tuahnya untuk kewibawaan, dsb, sebaiknya diberikan bungkus kain katun merah terang.
Kalau karisma keagungan / aura keningratan lebih diinginkan, supaya tampak lebih berkarisma / elegan di mata orang lain, sebaiknya diberikan bungkus kain kuning mengkilat.

Secara umum Penulis menganjurkan pemberian kain katun yang berwarna hitam, karena pemberian kain katun hitam dapat memberikan efek menambah kepadatan energinya (menaikkan kekuatan / kesaktian gaib keris), menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.
Kain hitam sudah biasa dipakai, tetapi mungkin tidak ada orang yang mengetahui bahwa pemberian kelengkapan keris, seperti batu akik hitam pada mulut dapur keris nagasasra (atau berdapur naga), melilitkan benang wol hitam pada pesi keris, dan pemberian kain katun hitam sebagai sarung / selimut keris atau sebagai dasar penyimpanan keris, dapat memberikan efek menaikkan kekuatan / kesaktian gaib keris, menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.
Untuk maksud di atas kain katun hitam itu bisa dijadikan selimut pembungkus / sarung keris. Tetapi ini akan menjadi perlakuan yang tidak pantas dan tidak enak dilihat bila kita membungkus keseluruhan keris dengan kain hitam. Bisa dengan cara lain, yaitu melilitkan kain katun hitam pada bagian pendok keris atau pada bagian pesi keris, atau dijadikan dasar untuk meletakkan keris. Selain kain katun hitam, bisa juga kita melilitkan benang wol hitam pada bagian pesi keris, supaya tidak longgar pada bagian gagang pegangan keris. Pada keris berdapur nagasasra (atau yang berdapur naga) juga baik bila ditambahkan batu akik hitam pada lubang di mulutnya. Secara kegaiban, pemberian kain katun hitam, benang wol hitam atau batu akik hitam ini dapat menambah kekuatan dan kegaiban keris.
Pemberian batu akik hitam pada mulut dapur keris nagasasra (atau dapur naga) atau melilitkan benang wol hitam pada pesi keris, dapat meningkatkan kekuatan gaib keris hingga menjadi 2 kali lipat kondisi aslinya. Untuk lebih maksimal, lilitan benang wol hitam itu bisa diganti dengan lilitan kain katun hitam yang sudah dipotong-potong memanjang untuk dililitkan di pesi keris.
Sedangkan pemberian kain katun hitam sebagai selimut / sarung keris atau sebagai dasar penyimpanan keris (bisa juga sebagai dasar keris di jagrak keris), dapat memberikan efek meningkatkan kekuatan gaib keris hingga menjadi 4 kali lipat kondisi aslinya.
Efek peningkatan kekuatan gaib keris ini hanya terjadi selama keris-keris itu masih bersama dengan kain hitam tersebut, artinya jika keris-keris itu dijauhkan dari kain hitam tersebut, maka kondisi kekuatannya akan kembali lagi seperti aslinya. Alternatif lain yang lebih bersifat permanen adalah memberikan lilitan kain katun hitam yang sudah dipotong-potong memanjang untuk dililitkan di pesi keris. Biasanya bagian pesi keris sangat jarang dibuka, sehingga selama lilitan kain hitamnya tidak dilepas / dibuang, kekuatan gaib kerisnya akan tetap lebih tinggi daripada kondisi aslinya tanpa lilitan kain hitam itu.
Peningkatan kekuatan gaib keris bisa dibuktikan sendiri dengan cara menayuh keris, atau berkomunikasi menanyakan langsung kebenarannya kepada gaib kerisnya. Atau sewaktu akan diminta melakukan pengusiran terhadap sosok gaib tertentu, jika sebelumnya saat ditayuh gaib si keris menyatakan tidak mampu (kalah kuat), setelah diberi kain hitam sebagai dasar meletakkan keris, coba lagi ditayuh, apakah sekarang sudah lebih kuat, apakah sekarang sudah lebih mampu mengusir sosok gaib tersebut.
Sebagai catatan, yang dimaksud kain katun hitam di atas adalah kain yang asli katun, bukan tetiron. Efek peningkatan kekuatan gaib keris ini hanya terjadi selama keris-keris itu masih bersama dengan kain hitam tersebut, artinya jika keris-keris itu dijauhkan dari kain hitam tersebut, maka kondisi kekuatannya akan kembali lagi seperti aslinya semula.
Efek kegaiban penggunaan kain katun hitam ini juga berlaku untuk benda-benda gaib lain dalam bentuk batu akik, mustika, jimat rajahan atau jimat-jimat yang lain (selain dijadikan dasar wadah penyimpanan benda-benda gaib, bisa juga dijadikan kantong penyimpanan).

Bila bagian pesi keris (besi gagang keris) sudah sangat keropos atau tipis karena termakan karat, bisa diperbaiki dengan memasangkan pipa bekas antena televisi yang ukurannya pas dengan ukuran pesi keris, dipasang menyelubungi pesi keris (ditambah lilitan benang wol hitam atau potongan memanjang kain katun hitam pada pesi keris supaya tidak longgar dengan pipanya) dan pipa antena itu diusahakan pas dengan lubang pada kayu gagang keris (ditambah lilitan benang wol hitam).
Tetapi bila pesi keris tersebut sudah patah pada bagian pangkalnya, sehingga tidak dapat diperbaiki dengan bantuan pipa antena itu, dan terpaksa harus diganti, bisa diupayakan menggantinya dengan gagang besi lain dengan terlebih dulu menyampaikan niat anda itu sebagai pemberitahuan awal kepada si keris.


     3.  Penyimpanan Keris.




Jagrak Keris.


Dalam hal penyimpanannya, simpanlah keris di tempat yang bersifat pribadi, yang tidak sembarang orang boleh masuk ke dalamnya dan menjamah keris, misalnya di kamar tidur, tidak di ruang tamu.
Letakkan keris di tempat yang tinggi, tidak lebih rendah dari tinggi dada orang dewasa. Jangan di bawah, apalagi di lantai. Bila disimpan di lemari, letakkan di rak paling atas. Lebih baik kalau digunakan tatakan khusus untuk keris (jagrak keris) dan tidak ditempel atau digantung di dinding.
Bila anda menyimpan keris dengan menggunakan jagrak keris, urutkanlah penempatan keris-kerisnya sbb :
Urutan dari kanan ke kiri :
  1. Keris-keris ber-luk 5, keris pandawa, keris pulanggeni luk 5, keris berdapur nagasasra dan singa barong dan keris-keris keningratan lain, yang diperuntukkan untuk dimiliki oleh seorang raja atau orang-orang yang memiliki status keningratan karena status keluarga / keturunan seorang raja / bangsawan.
  2. Keris bertuah wibawa kekuasaan.
  3. Keris bertuah kewibawaan.
  4. Keris bertuah kesaktian.
  5. Keris bertuah kesepuhan.
  6. Keris bertuah kerejekian.
  7. Keris bertuah pengasihan.

Posisi kanan dan kiri itu ditentukan sebagai berikut :
  1. Bila posisi jagrak itu ada di hadapan kita, maka posisi kanan dan kiri jagrak tersebut adalah sesuai posisi tangan kanan dan kiri kita dalam berdiri menghadap jagrak tersebut.
  2. Jika posisi jagrak tersebut di belakang kita (seperti penempatan jagrak untuk tombak dan payung kebesaran yang berada di belakang kursi singgasana), maka posisi kanan dan kiri jagrak tersebut adalah sesuai posisi tangan kanan dan kiri kita dalam berdiri membelakangi jagrak tersebut.

 
Jagrak Keris.

Jika beberapa keris anda ada yang mempunyai fungsi tuah yang sama, misalnya ada beberapa keris yang sama-sama mempunyai tuah untuk kewibawaan, atau sama-sama mempunyai tuah untuk kerejekian, maka keris-keris yang sama tuahnya itu diurutkan dari kanan ke kiri berdasarkan umur kerisnya, yaitu dimulai dari keris yang paling tua.  Baca juga : Status Keris dan Kelas Keris  dan  Status & Hierarki Khodam.


Hindarilah melakukan kesalahan terhadap keris anda, seperti yang sudah dituliskan dalam tulisan : Penyatuan Keris dgn Pemilik.

Usahakan untuk mengetahui sendiri keperluan keris kita. Walaupun perlu, tetapi jangan bergantung kepada pendapat orang lain, walaupun ia seorang ahli perkerisan atau kebatinan. Kita bisa mengetahui sendiri tentang karakter keris kita dengan cara menayuhnya (baca : Menayuh Keris ).  Manfaat lainnya adalah kita akan menjadi lebih mengerti mengenai keris kita dan secara psikologis kita dan si keris akan menjadi lebih dekat.


 Tambahan :
Terkait dengan tanya-jawab via email dengan para pembaca, ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai minyak cendana yang tertulis di atas, dan sebagian perlu diungkapkan disini sebagai bahan informasi untuk pembaca yang lain sbb :
 Tanya :
Sesaji dengan model pengasapan baiknya berapa banyak dan berapa lama ?
 Ulasan :
Ya sampai sesaji bakarannya habis. Jadi sebelumnya ditentukan dulu seberapa banyak yang akan dibakar.
Misalnya sepotong kemenyan jawa, sebelumnya ditentukan dulu seberapa banyak yang akan dibakar, apakah semuanya, ataukah hanya setengahnya ataukah seperempatnya saja. Sesudah ditentukan, kemenyannya dipotong sesuai ukuran yang akan dibakar.

Setelah sesajinya dibakar dan keluar asapnya, paling baik adalah bendanya kita pegang dan diasapkan di atasnya. Tapi juga tidak harus begitu, bisa juga bendanya diletakkan di samping pengasapannya.
Kalau itu adalah keris, paling baik sesudah kerisnya dikeluarkan dari sarungnya, kemudian kerisnya kita pegang dan bilahnya diasapkan di atasnya, tapi bisa juga kerisnya diletakkan di samping pengasapannya.
Kalau yang dibakar adalah jenis dupa, hio, dsb, sebaiknya dupa atau hio yang dibakar itu jumlahnya ganjil, yaitu 1 atau 3 atau 5, dst.

 Tanya :
1. Maaf mas saya mau tanya, untuk perawatan pusaka / keris antara minyak cendana NTT (Kupang) yang asli yang berwarna putih itu dengan minyak cendana yang kata mas itu minyak cendana india warna merah itu lebih bagus mana?
2. Di internet minyak cendana yang dari India harganya 100.000 - 200.000 rupiah per-gram-nya. Apakah harganya memang semahal itu ?

 Ulasan :

Jenis-jenis sesaji minyak arab, minyak cendana, dupa, bisa dibeli di toko-toko minyak wangi arab di pinggir jalan atau di toko-toko yang menjual perlengkapan haji atau perlengkapan agama Islam (di Jakarta bisa dibeli di Condet, Cililitan, Jakarta Timur).
Minyak cendana, selain bisa dibeli di toko minyak arab di pinggir jalan, bisa juga dicari di pasar di tempat orang menjual keris, biasanya ada yang menjual minyak cendana merah / kupang.
Minyak singer bisa dicari di super market atau di toko sparepart mesin atau
bengkel kendaraan bermotor.
Memang agak membingungkan kalau melihat penamaannya. Penulis sendiri sebelumnya sempat bingung di toko minyak arab, di Condet, Jakarta Timur, di tempat Penulis biasa membeli minyak. Tetapi Penulis memutuskan untuk tidak menggunakan penamaan sendiri, Penulis mengikuti saja model penamaan dari penjualnya, sehingga diharapkan kalau kita datang ke toko-toko minyak yang lain kita tidak akan bingung karena mudah-mudahan penyebutannya seragam antara penjual yang satu dengan penjual lainnya.

Di toko itu ada beberapa jenis minyak cendana.
Kelompok pertama adalah yang disebut minyak cendana. Dalam kategori ini ada minyak cendana jawa (lokal) dan minyak cendana keraton.
Kelompok kedua adalah minyak cendana merah (yang baunya lebih wangi). Dalam kategori ini ada minyak cendana Kupang, minyak cendana yang katanya penjualnya dari Arab, dan minyak cendana yang katanya dari India.

Dilihat dari warnanya, minyak kelompok pertama dan minyak kelompok kedua itu hampir sama, yaitu kuning dan kuning kemerahan / kecoklatan.
Masing-masing jenis minyak cendana mengandung hawa energi gaib dan aroma wangi yang disukai oleh gaib-gaib keris jawa. Prioritas Penulis dalam memilih minyak cendana adalah berorientasi pada jenis minyak cendana yang paling disukai oleh gaib-gaib keris, bukan sekedar wanginya, atau harganya, atau kekentalannya.

Menurut sepengetahuan Penulis, minyak cendana kelompok kedua lebih disukai oleh gaib-gaib keris daripada yang kelompok pertama. Kebetulan baunya paling kuat, paling wangi dan paling disukai oleh gaib-gaib keris, kebetulan juga harga per cc-nya di toko itu paling murah. Dari kelompok kedua ini, prioritas pertama yang dipilih adalah minyak cendana yang katanya buatan India. Prioritas kedua adalah minyak cendana Kupang.

Minyak cendana Arab dan India itu, yang dijual di toko itu, mungkin di toko lain tidak ada. Jadi secara umum minyak cendana merah / Kupang lebih baik daripada minyak cendana lokal (kelompok pertama).
Jadi untuk mudahnya beli saja minyak cendana Kupang.

Ada beberapa macam minyak cendana dan harganya juga bermacam-macam tidak sama.
Harganya ada yang murah sekitar Rp. 3.000 per cc nya,
Yang menengah sekitar Rp. 5.000 - 10.000 per cc nya,
Yang mahal juga ada yang lebih dari Rp.10.000 per cc nya.
Mahal tidaknya harganya tergantung toko penjualnya dan tergantung jenis / asal minyaknya.

Disini Penulis ingin menggaris-bawahi keterangan Penulis sebelumnya bahwa sebenarnya Penulis masih awam dalam hal secara fisik membedakan mana minyak yang asli impor dengan yang lokal, atau membedakan minyak yang asli impor tapi oplosan dengan yang lokal, atau membedakan minyak yang asli dengan yang palsu.

Jadi Penulis sendiri tidak tahu apakah minyak cendana yang Penulis beli itu benar asli impor dari India ataukah sebenarnya minyak lokal, ataukah sebenarnya oplosan. Istilah minyaknya dari Kupang atau Arab atau India adalah katanya penjualnya, Penulis sendiri tidak tahu apakah benar minyak-minyak itu asalnya dari sana.

Dalam hal ini Penulis tidak mempermasalahkan minyak itu asalnya darimana, apakah asli impor atau bukan.  Pada saat membelinya Penulis fokus kepada minyaknya itu sendiri sehingga Penulis tahu bahwa minyak yang Penulis beli benar-benar disukai oleh gaib-gaib keris jawa, tidak mengurangi kegaibannya dan harga minyaknya murah, kurang lebih per-cc-nya tidak sampai Rp.10.000,- (tetapi mungkin sewaktu-waktu harganya bisa berubah).

Baca juga : Sesaji Untuk Benda Gaib.




---------------

Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca untuk dilakukan,  karena sifat  pentingnya,  sebagai berikut :
  1. Bila kita memiliki keris, perlakukanlah keris itu seolah-olah adalah manusia anggota keluarga kita. Kita harus menghormatinya, sehingga ia pun menghormati kita. Jangan memperlakukannya dengan tidak hormat, tetapi juga jangan terlalu meninggikan dia dan memperlakukannya dengan terlalu istimewa (jangan mengkultuskan keris). Jangan menjadi suatu bentuk pemujaan.
  2. Simpanlah keris di tempat yang bersifat pribadi, yang tidak sembarang orang boleh masuk ke dalamnya dan menjamah keris, misalnya di kamar tidur, tidak di ruang tamu. Letakkan di posisi yang tinggi, tidak lebih rendah daripada tinggi dada orang dewasa. Jangan di bawah, apalagi di lantai. Bila disimpan di lemari, letakkan di rak paling atas.
  3. Jangan menciumi bau keris dan jangan menyimpan keris di sela-sela tumpukan pakaian, karena keris mengandung racun yang tidak baik untuk kesehatan dan uapnya juga bisa meracuni kita.
  4. Bila bermimpi berkelahi jangan sampai kalah, kalau dikejar jangan sampai tertangkap.
  5. Jangan terlalu sering melakukan jamasan (memandikan) keris, karena dapat mengikis logam keris. Cukup sekali saja dalam setahun, bulan suro atau maulid (bulan maulid yang terbaik) atau sekali saja seumur hidup kita, yaitu pada saat pertama memiliki keris itu. Selebihnya cukup kita minyaki saja setiap 3 atau 6 bulan sekali supaya keris itu tidak karatan.
  6. Jangan memberi sesaji macam-macam. Cukup kembang telon atau kembang setaman (kembang tujuh rupa) sesuai budaya jawa. Lebih praktis kalau kita meminyakinya sendiri dengan minyak cendana merah yang dicampur sedikit minyak singer, cukup dua atau tiga kali dalam setahun. Bila tempat menyimpan keris diberi dasar kain berwarna hitam akan dapat menaikkan kekuatan dan kegaibannya.
  7. Usahakan untuk mengetahui sendiri keperluan keris kita. Walaupun perlu, tetapi jangan bergantung pada pendapat orang lain, walaupun dia seorang ahli kebatinan. Kita bisa tahu sendiri tentang karakter keris dengan menayuhnya sendiri. Manfaat lainnya adalah kita akan menjadi lebih mengerti mengenai keris kita dan secara psikologis kita dan si keris akan menjadi lebih dekat. 
  8. Keris yang baik untuk kita akan menyesuaikan diri dengan kehidupan kita, dan tidak akan meminta perlakuan yang merepotkan kita. Bila keris itu meminta perlakuan yang aneh atau merepotkan kita, misalnya minta dibakarkan menyan, minta diberi sesaji daging mentah, telor ayam mentah, darah ayam, dsb, berarti keris itu tidak baik untuk kita. 
  9. Keris yang tidak baik atau tidak sejalan dengan kita sebaiknya jangan kita paksakan untuk kita miliki, supaya kita tidak terbebani oleh pengaruh buruknya.
  10. Bila kita tidak menginginkan keberadaan suatu keris, dengan alasan pribadi ataupun alasan agama, jangan kemudian keris itu disepelekan dengan begitu saja dibiarkan tersimpan di gudang, di kolong tempat tidur, dsb, apalagi dibuang. Lebih baik kalau kita serahkan kepada orang lain yang mungkin lebih mengerti dan bisa merawat keris itu atau kita serahkan saja ke museum


 
https://sites.google.com/site/thomchrists/Keris-Jawa-Spiritual-Kebatinan/perawatan-keris-jawa/Perawatan%20Keris.JPG
 
https://sites.google.com/site/thomchrists/Keris-Jawa-Spiritual-Kebatinan/perawatan-keris-jawa/Sesaji%20Bakaran%202.JPG
 
https://sites.google.com/site/thomchrists/Keris-Jawa-Spiritual-Kebatinan/perawatan-keris-jawa/Sesaji%20Bakaran.JPG

ARTKEL TERKAIT



No comments: