Tuesday, May 15, 2012

Seputar Pengetahuan Tentang Keris

Keris adalah senjata nusantara dengan bentuk bergelombang seperti ular atau lurus dan pola rumit yang tercipta dari perpaduan beberapa jenis logam, seperti besi, baja, emas, nikel bahkan meteorit. Bilah keris tidak dibuat dari logam tunggal yang dicor tetapi merupakan campuran berbagai logam yang berlapis-lapis. Akibat teknik pembuatan ini, keris memiliki kekhasan berupa pamor pada bilahnya. Dengan cara ini Anda mendapatkan bagian pamor yang mengandung warna putih, abu-abu, keemasan atau hitam.
 

Dalam budaya Jawa tradisional, keris tidak semata-mata dianggap sebagai senjata tikam yang memiliki keunikan bentuk maupun keindahan pamor, akan tetapi juga sebagai kelengkapan budaya spiritual. Ada satu anggapan yang berlaku di kalangan Jawa tradisional yang mengatakan, seorang pria baru bisa dianggap paripurna jika ia sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga, turangga, wisma, wanita, kukila.
  • Curiga, secara harafiah artinya keris, secara simbolik maksudnya adalah kedewasaan, keperkasaan dan kejantanan. Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau membela negara. Perlambangnya adalah keris.
  • Turangga artinya kuda atau kendaraan (simbol masa kini adalah motor atau mobil)
  • Wisma adalah rumah
  • Wanita arti khususnya isteri
  • Kukila arti harafiahnya adalah burung. Arti simbolik burung di sini, bagi seorang pria Jawa tradisional, ia harus mampu mengolah, menangkap dan menikmati keindahan serta berolah-seni.
 Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah keris. Pada perkembangannya, keris di lingkungan kerajaan bisa menjadi simbol kepangkatan. Keris seorang Raja, tentu saja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda, akan tetapi juga detail-detail perhiasan serta perabot yang melengkapinya pun berbeda.
Gradasi kepangkatan dari pemilik keris, juga bisa ditilik dari warangka yang menyarungi atau membungkus bilah keris. Warangka seorang Raja, tentu saja berbeda dengan warangka bawahannya. Bila seorang kesatria, tepat kiranya bila warangka yang dipakainya adalah warangka dengan wanda (model) kasatriyan. Pejabat kerajaan, memakai warangka kadipaten. Ada lebih dari 25 varian warangka Jawa di masa lalu yang bisa menjadi indikator kepangkatan pemiliknya. Bahkan daerah asal pun bisa ditilik dari warangkanya, apakah pemiliknya orang dari Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Jawa Timur, Madura atau Bali.
Salah satu keunikan keris adalah kekuatannya pada detil. Hampir setiap detil yang melekat pada keris, baik pada bilahnya, warangka maupun perabotnya semuanya bisa menjadi simbol. Dari ukiran atau pegangan keris pun, pada masa lalu orang bisa menilik derajat dan kepangkatan. Varian ukiran keris Jawa pun, seperti halnya warangka, ada berbagai macam varian. Dibagi dalam dua garis besar gaya: Surakarta dan Yogyakarta. Di luar itu, tentu masih ada lagi gaya lain warangka atau ukiran luar Jawa seperti: Madura, Bali, Lombok, Sulawesi, Sumatera.
Keris Hidup atau Keris Mati ?
Orang-orang di Indonesia memakai keris untuk menghiasi pakaian mereka, terutama untuk perayaan tradisional seperti perayaan pernikahan, perayaan acara-acara kerajaan dan perayaan agama lainnya. Keris dibuat dari besi dan logam dengan tingkat konsentrasi yang tinggi pada bagian bilahnya. Orang-orang percaya bahwa empu, atau seorang ahli pembuatan keris, memberi kekuatan magis untuk kelengkapan dan kesempurnaan sebuah keris. Dahulu kala, nenek moyang kita bisa mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan sebuah keris yang kuat dan hidup. Mereka tidak membagi atau menggolongkan atara keris lama atau keris baru, namun menggolongkan dalam keris hidup atau keris mati.
Sering kita mendengar ada salah seorang pemilik keris yang mengatakan keris saya kosong karena sudah tidak terawat atau sebab – sebab yang lainnya, cerita di masyarakat tentang isi atau tidaknya suatu (keris) memang masih membingungkan, walaupun keris itu dari warisan, pemberian orang, mas kawin atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya.
Keris hidup atau yang berisi tayuhan, pasti memiliki daya dan memancarkan serta memberikan aura tersendiri bagi yang melihat atau memilikinya, daya isi bisa berupa perwujudan keris itu tampak wingit, galak, demes  atau memiliki prabawa tersendiri sedang keris yang tidak berisi pasti tampak biasa tidak ada rasa atau sesuatu dalam perasaan kita”.  Bahwa keris yang dulunya dibuat sebagai keris Tayuhan atau  keris pusaka kekuatannya tidak dapat hilang, dikarenakan bahan-bahan yang dipakainya saja sudah mengandung tuah. Besinya dicari besi pilihan yang bertuah, pamornya juga demikian sehingga isi dari keris tersebut tidak akan hilang selama perwujudannya masih ada. 

Secara Logika dapat disamakan dengan besi Magnet,  jenis besi ini memang memiliki kekuatan untuk dapat menarik besi, kekuatannya tidak bakal hilang selama unsur-unsur magnetnya masih ada demikian juga Keris, selama unsur besi, Baja dan Pamor masih melekat kekuatan alaminya tidak bakal hilang. Hanya para empu yang mengetahui kekuatan atau daya apa yang terkandung dalam bahan-bahan keris tersebut. Jika ada orang yang dapat mengambil isi keris sebenarnya hanya daya postipnotis (daya saran) yang dilekatkan empu saja yang diambilnya, sedang daya alami dari bahan keris akan tetap ada secara alami.

Bagaimana Memilih Keris Yang Baik?

Memiliki sebuah keris memang sangat membangggakan, disamping ikut nguri-uri (bahasa jawa) dan melestarikan budaya yang adi luhung warisan nenek moyang juga menambah dan menumbuhkembangkan semangat mencintai budaya nenek moyang. Memiliki keris yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan memang tidak gampang karena disamping sulit mendapatkannya juga harga yang mahal apalagi kalau keris itu benar-benar keris yang memiliki sejarah yang jelas, keindahan dan karisma yang tinggi. Bagaimana memilih keris yang baik ?, pertanyaan itu yang sering muncul jika kita ingin memiliki keris. Banyak para pecinta keris yang sudah memiliki patokan-patokan sendiri dalam mencari atau memiliki keris salah satunya adalah Tangguh, Wutuh dan Sepuh.
  • Tangguh adalah suatu perkiraan jaman pembuatan keris. Tangguh ditemukan dari meneliti bahan, garap dan motip pamor yang ada pada sebuah keris. Misalnya keris tangguh majapahit besinya hitam, ukuran bilahnya kecil, ganjanya juga kecil manis dan pamornya kecil seperti rambut kemudian untuk keris tangguh Mataram besinya mentah, bentuk bilahnya seperti daun singkong, ganja seperti cicak sedang menangkap mangsa dan pamor penuh atau mubyar sedang keris tangguh pajajaran bercirikan kerisnya tipis, lebar pamornya berkesan ngajih dan besinya kering. Dan juga keris itu jelas asal usulnya, pertama keris itu harus diketahui (diperkirakan buatan) mana, jelas pula siapa pemilik asalnya dan juga perlu dipertanyakan kenapa keris tersebut mau di mas kawinkan . Ada beberapa orang yang teliti sampai mengamati dahulu bagaimana keadaan keluarga pemilik keris tersebut, apakah ia keluarga yang bahagia atau yang berantakan .

  • Wutuh adalah suatu kesan tentang keadaan dari sebuah keris yang masih lengkap bagian-bagiannya, tidak ada yang patah atau keropos yang terlalu parah. Jika sudah keropos atau hilang salah satu bagian keris maka nilai keris tersebut akan menjadi berkurang. Intinya keris yang cacat jangan sampai dipilih, keris yang asal mulanya dibuat indah dan terbuat dari bahan baku pilihan walaupun telah aus biasanya masih tetap terbayang keindahannya. Keris yang dianggap tidak lagi utuh adalah keris yang patah bilahnya, patah kembang kacangnya atau pesinya.

  • Sepuh adalah tua, bukan keris jaman sekarang yang dituakan karena proses kimia. Ciri dari keris itu tua adalah dengan melihat ada tidaknya slorok (batas antara besi dan baja ) pada tiap bilah keris biasanya ada warna yang berbeda batas tersebut berwarna kebiruan atau hijau metalik dan terdapat ditepi bilah sebagai tajamnya keris. Banyak para pecinta keris pemula kadang tidak begitu mengerti tentang slorok ini sehingga sering keliru dalam memilih keris
Proses kepemilikan sebuah keris bermacam-macam, ada yang lewat warisan orang tua, pemberian seseorang, membeli atau mas kawin dari seseorang atau juga dengan cara-cara yang tertentu dengan meminta ridho dan ijin Tuhan. Semua cara sah-sah saja asal jangan sampai menelantarkan tugas utama dan keluarga. Memiliki keris yang baik memang tidak mudah tetapi kalau berjodoh dengan sedikit dana kita bisa mendapatkan keris yang istimewa dan cocok dengan hati kita. Akan lebih baik jika kita memilih keris dengan acuan seni dan keindahannya, walau keris itu muda tetapi seni garap dan keindahannya melebihi keris – keris yang sudah tua apa salahnya kita milikinya, hal ini akan membuktikan cita rasa seni yang tinggi pemiliknya. 

Jangan sampai kita memiliki dan membeli keris karena tertarik pada cerita sipenjualnya, ini artinya yang kita beli adalah ceritanya dan bukan keindahan atau kualitas kerisnya. Memiliki keris dengan niat pertama nguri-uri (melestarikan) budaya, dengan niat ini maka kita tidak akan terjerumus pada kemusrikan / kesyirikan, karena yang kita nilai dari sebuah keris adalah budayanya bukan dayanya/isinya, jika sebuah keris ada tuahnya, ini terjadi atas ijin  ALLAH SWT, kita serahkan kembali kepadaNya.

Secara ilmiah ditemukan bahwa setiap unsur yang ada di alam semesta saling tarik menarik (Law of Attraction) dan saling berhubungan seperti air, udara, tanah, dan unsur logam mampu merespon signal yang dipancarkan dari pikiran manusia. Seperti salah satu penemuan peneliti dari Jepang, Dr. Masaro Emoto bahwa air dapat menerima dan mengirim pesan yang sifatnya positif atau negatif dalam bahasa apapun. Kata-kata positif atau negatif yang secara berulang ulang yang ditujukan ke air dapat merubah susunan molekul dan partikel-partikel air tersebut. Untuk itulah beberapa agama menganjurkan untuk memuji Tuhan, Berdzikir, berucap, dan berpikiran positif secara berulang-ulang, hal ini dapat mempengaruhi seluruh bagian tubuh kita yang 80% adalah air dan merubah susunan gen dan sifat kita menjadi lebih baik bahkan dapat mempengaruhi manusia dan alam sekitar kita.  

Begitu juga dengan logam untuk pembuatan keris yang dipanasi sampai ribuan celcius kemudian diberi mantra atau kata-kata positif dan harapan-harapan dari sang empu, tentunya dapat merubah susunan partikel dan energi keris tersebut. Sama seperti cara kerja memori atau harddisk komputer yang mampu menyimpan data atau informasi yang kita masukkan. Beginilah cara saya memahami apakah keris tersebut memiliki energi/bertuah atau cuma keris biasa (keris mati). Untuk menambah pengetahuan Anda tentang keris.

ARTKEL TERKAIT



No comments: