Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Robert Morrey menumpahkan kekesalannya terhadap Islam melalui karyanya yang berjudul “The Islamic Invasion”
yang secara tegas dan penuh kekhawatiran sekaligus menunjukkan sikapnya
yang anormatif menyatakan bahwa buku bernuansa sinisme dan sarkasme
tersebut akan berguna untuk membendung cepatnya perkembangan Islam di
Barat. Selanjutnya kita dingatkan dengan tingkah polah sebuah penerbitan
surat kabar di Denmark yang mencari sensasi melalui pemuatan kartun
Muhammad saw yang secara atraktif dan provokatif berusaha memancing
emosi umat Islam. Belum lagi ingatan kita terhapus dari peristiwa
sebelumnya, kembali Geert Wilders, seorang anggota Parlemen Belanda dari
partai sayap kanan, menunjukkan kebenciannya terhadap Islam melalui
film hasil besutannya yang berjudul “Fitna”.
Satu
hal yang menarik dalam film tersebut adalah kejujuran Geert menunjukkan
ketakutannya terhadap perkembangan Islam di Belanda khususnya dan di
Eropa pada umumnya. Betapa tidak, masyarakat Eropa yang seringkali
dikumandangkan sebagai masyarakat rasionalis telah banyak beralih
menjadi Muslim. Dari sekitar tiga ratusan masjid di Belanda hampir dalam
setiap bulannya terdapat satu penganut Kristen ataupun kalangan atheis
dan aghnostic yang bersyahadat di setiap masjid. Sedangkan di Inggris
tidak jauh berbeda, di sana telah banyak warganegaranya yang menjadi
muslim. Bahkan di Birmingham, salah satu kota utama Inggris, hampir di
setiap desanya terdapat minimal sebuah masjid. Belum lagi jika kita
mengamati kota-kota Eropa yang lain. Amerika pun mengalami hal yang
sama. Pasca 11 September, nyatanya Islam justru berkembang lebih pesat
dari sebelumnya.
Inilah
model ketakutan Barat. Hanya saja sayangnya umat Islam sangat mudah
terpancing emosi oleh berbagai peristiwa dan kadangkala kurang arif
menyikapi permasalahan. Salah satu isu yang kurang bisa digarap misalnya
tentang “isu anti ras smit”. Pada saat bangsa Israel Yahudi mendapatkan
hujatan dari luar mereka seringkali berkilah dan balik menghujat
pencacinya dengan klaim bahwa penhujat tersebut adalah manusia yang
rasial “anti ras smit”. Bukankah Islam datang pertama kali di Arab yang
penduduk aslinya juga merupakan ras Smit ? Selanjutnya juga perlu
dipikirkan bagaimana upaya terbaik guna pembentukan generasi dakwah yang
tidak beraliansi kepada kepentingan kelompok tertentu dan siap berjuang
demi Islam. Salah satu kemampuan dasar yang mesti mereka miliki adalah
mampu secara konsep dan aplikasi untuk berdakwah kepada orang semacam
Robert Morrey, Wilder Geertz, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment