Dalam
budaya Jawa, keris adalah sesuatu yang khusus di hati orang-orang Jawa,
termasuk pada orang-orang Jawa yang tidak memiliki atau tidak mengerti seluk beluk keris.
Itulah sebabnya banyak yang memperlakukan keris dengan cara yang “istimewa”,
terutama adalah perlakuan mereka dalam hal perawatan dan penyimpanan keris. Ini
disebabkan oleh kepercayaan mereka tentang adanya kegaiban di dalam keris. Selain
mengharapkan tuahnya, mereka juga berhati-hati supaya jangan sampai mereka
menjadi celaka oleh keberadaan keris itu. Keris akan mereka perlakukan dengan
sangat hormat. Bahkan ada juga yang menyediakan satu kamar atau satu lemari di dalam rumahnya
khusus untuk menyimpan keris atau benda-benda pusaka lain miliknya.
Pada
jaman sekarang ini sebaiknya kita tidak terbawa-bawa pengkultusan
keris. Kepemilikan keris jangan dipandang sebagai perilaku berhala, dan
jangan juga kita memberhalakan diri dengan memelihara keris.
Perlakuan
pemeliharaan dan pemberian sesaji jangan dipandang sebagai pemberian
persembahan seperti halnya pemujaan berhala. Apakah perilaku kita
terhadap keris kita itu termasuk sebagai perbuatan berhala, kita sendiri
yang harus bisa menilainya. Sebaiknya kita
sendiri juga harus sadar dan rela melepaskan pamrih yang bersifat
berhala. Tanpa perlu kita berpikiran klenik dan berpamrih berhala, sisi
kegaiban dan tuah keris adalah sesuatu yang menyatu dan ada di dalam
sebuah keris. Kita hanya perlu untuk menjaga hubungan batin dan
penyatuan keris dengan kita sebagai pemiliknya, karena keris itu "hidup"
dan bisa menjadi "teman perjalanan" kita.
Jadikanlah mereka sebagai teman dari alam gaib. Dengan
demikian kita juga dituntut untuk menjadi teman bagi mereka, diharapkan
kita juga memperhatikan mereka dan bisa secara batin berinteraksi
dengan mereka, jangan hanya sekedar menginginkan tuahnya saja,
mengharapkan mereka bekerja seperti pesugihan.
Jangan mengkondisikan hati dan pikiran kita untuk bergantung kepada tuah mereka. Tuah
dari khodam atau benda gaib adalah sesuatu yang intrinsik ada dari
keberadaan mereka, kita hanya perlu mengsugesti mereka saja untuk
memberikan tuahnya, sama seperti seorang teman yang memberikan bantuan
dan perhatiannya kepada kita. Sesudahnya kita
tidak perlu bergantung kepada tuah mereka. Karena seharusnya yang
bekerja, yang sakti, yang ampuh bertuah adalah kita sendiri, mereka
hanya membantu melengkapi kekurangan kita, jangan malah kita yang
bergantung kepada tuah mereka.
Jangan
kita pasif menunggu dan berharap mereka akan bekerja sendiri memberikan
tuahnya seolah-olah tuah mereka sama dengan tuah pesugihan. Jadi kita sendiri harus tetap bekerja. Mereka
bersifat membantu kelancaran dan keberhasilan usaha dan pekerjaan kita
dan membantu menjauhkan kita dari kesulitan. Di
sisi lain kita tetap harus dekat secara batin dan mengsugesti supaya
khodam dan benda-benda gaib kita membantu kelancaran dan keberhasilan
semua pekerjaan dan usaha kita. Kita sendiri harus selalu bisa peka
rasa untuk selalu bisa "mendengarkan" bisikan komunikasi dari mereka
dalam bentuk ide dan ilham yang mengalir di dalam pikiran kita (dan
mimpi) dan tanggap firasat, peka sasmita, dan waspada jangan sampai kita sendiri yang masuk ke dalam kesulitan.
Ada banyak manusia yang suka
berkomunitas, bergaul dekat dengan sesamanya, saling menghormati,
memberi dan menerima, saling memberi manfaat / bantuan adalah sesuatu
yang umum dalam kehidupan mereka, tetapi ada juga yang lebih suka hidup
sendiri, menyendiri. Ada juga manusia-manusia yang hanya ingin
berkomunitas dengan sesamanya saja, membentuk kelompok sendiri, banyak
juga yang memilih menjadi mahluk liar dan menjadi ancaman / gangguan
bagi orang lain di luar kelompoknya.
Ada banyak manusia yang suka memelihara binatang, dan ada banyak binatang yang suka berhubungan dekat dengan manusia dan akan mengikut kepada manusia bila si manusia bersikap bersahabat atau menunjukkan sikap memperhatikan mereka, apalagi bila si manusia memelihara mereka, walaupun awalnya mereka adalah hewan liar. Misalnya kucing, anjing, burung, ayam, atau hewan ternak lain, dsb. Hewan-hewan itu memberikan manfaat bagi manusia (tuah) secara langsung maupun tidak langsung, dan manusia bisa mengambil manfaat dari keberadaan mereka.
Begitu juga mahluk halus. Ada yang suka hidup dekat dengan manusia, biasanya bangsa jin yang seringkali menjadi pendamping atau prewangan, atau mereka tinggal di dalam rumah atau di sekitar rumah manusia yang seringkali keberadaannya tidak disadari oleh manusia, apalagi bila si manusia menghormati keberadaan mereka, suka memberi sesaji atau merawat tempat tinggal mereka (termasuk mahluk halus yang menjadi khodam jimat / pusaka).
Tetapi ada juga jenis hewan tertentu yang berbahaya bila manusia mendekatinya, atau bila manusia melewati tempat tinggal / sarangnya, seperti ular atau hewan liar lainnya. Begitu juga para mahluk halus. Ada di antara mereka yang berwatak keras dan tidak bersahabat dengan manusia, bisa menyerang manusia sewaktu-waktu, terutama di tempat-tempat yang sepi dan jauh dari permukiman manusia, yang biasanya adanya keberadaan manusia di lingkungan tempat tinggalnya akan dianggap mengganggu. Ada juga mahluk halus tertentu yang sulit ditebak jalan pikirannya, yang harus diwaspadai, karena sewaktu-waktu naluri / instingnya membuat mereka menyerang manusia.
Jadi sebenarnya hubungan manusia dengan mahluk halus / khodam hampir sama dengan hubungan manusia dengan binatang, atau hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ada yang harus diwaspadai, ada juga yang bersahabat. Hanya saja karena berbeda jenis, berbeda alam dan tidak familiar, ditambah banyak manusia melebih-lebihkan cerita, menyebabkan banyak muncul dogma dan pengkultusan.
Karena itu jadikanlah mereka sebagai teman dari alam gaib. Dengan
demikian kita harus merubah sikap berpikir kita, yaitu bahwa pemberian
sesaji itu adalah bentuk perhatian kita kepada sosok-sosok halus yang
sudah bersama kita, bukan sebagai sesaji / upeti persembahan kepada
sesosok mahluk halus. Dengan demikian kita telah menempatkan diri kita
tidak di
bawah kungkungan perilaku dan pemikiran berhala. Kita sendiri juga harus rela melepaskan pamrih yang bersifat berhala, supaya kita tidak terjerumus dalam perbudakan dan kesesatan (perbudakan pamrih / hasrat dan kesesatan kita sendiri). Ada banyak manusia yang suka memelihara binatang, dan ada banyak binatang yang suka berhubungan dekat dengan manusia dan akan mengikut kepada manusia bila si manusia bersikap bersahabat atau menunjukkan sikap memperhatikan mereka, apalagi bila si manusia memelihara mereka, walaupun awalnya mereka adalah hewan liar. Misalnya kucing, anjing, burung, ayam, atau hewan ternak lain, dsb. Hewan-hewan itu memberikan manfaat bagi manusia (tuah) secara langsung maupun tidak langsung, dan manusia bisa mengambil manfaat dari keberadaan mereka.
Begitu juga mahluk halus. Ada yang suka hidup dekat dengan manusia, biasanya bangsa jin yang seringkali menjadi pendamping atau prewangan, atau mereka tinggal di dalam rumah atau di sekitar rumah manusia yang seringkali keberadaannya tidak disadari oleh manusia, apalagi bila si manusia menghormati keberadaan mereka, suka memberi sesaji atau merawat tempat tinggal mereka (termasuk mahluk halus yang menjadi khodam jimat / pusaka).
Tetapi ada juga jenis hewan tertentu yang berbahaya bila manusia mendekatinya, atau bila manusia melewati tempat tinggal / sarangnya, seperti ular atau hewan liar lainnya. Begitu juga para mahluk halus. Ada di antara mereka yang berwatak keras dan tidak bersahabat dengan manusia, bisa menyerang manusia sewaktu-waktu, terutama di tempat-tempat yang sepi dan jauh dari permukiman manusia, yang biasanya adanya keberadaan manusia di lingkungan tempat tinggalnya akan dianggap mengganggu. Ada juga mahluk halus tertentu yang sulit ditebak jalan pikirannya, yang harus diwaspadai, karena sewaktu-waktu naluri / instingnya membuat mereka menyerang manusia.
Jadi sebenarnya hubungan manusia dengan mahluk halus / khodam hampir sama dengan hubungan manusia dengan binatang, atau hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ada yang harus diwaspadai, ada juga yang bersahabat. Hanya saja karena berbeda jenis, berbeda alam dan tidak familiar, ditambah banyak manusia melebih-lebihkan cerita, menyebabkan banyak muncul dogma dan pengkultusan.
Pada masa sekarang sebaiknya kita merubah sikap berpikir kita, perlakukanlah keris sebagai teman hidup / pendamping perjalanan
hidup kita dan jadikanlah pemeliharaan keris dan pemberian sesaji
sebagai bentuk perhatian kita kepada si keris, sama seperti kita
memperlakukan dengan baik seorang tamu / teman dan menyuguhkan makanan
dan minuman kepadanya, atau seperti kita menawarkan rokok kepada teman seperjalanan.
Walaupun arti sesaji bagi para mahluk halus adalah sama dengan makanan
dan
minuman bagi manusia, tetapi sekalipun kita memberikan sesaji banyak, tetap saja semua sesaji dari kita itu tidak
mencukupi semua kebutuhan "makan dan minum" mereka. Karena itu mereka
memandang semua sesaji dari kita adalah bentuk perhatian kita kepada
mereka, sehingga dengan bentuk pemberian sesaji itu kemudian terjalin
rasa saling memberikan perhatian dan penghormatan, sedangkan kekurangan
makan dan minum mereka, mereka sendiri yang akan mencari
sendiri pemenuhannya.
Penulis banyak menemukan keris-keris milik para pembaca yang pasif, tidak memberikan penyatuannya dan tuahnya kepada manusia pemiliknya, padahal si pemilik keris berharap dengan ia memiliki benda-benda tersebut maka ia juga akan mendapatkan manfaat / tuahnya.
Sekalipun
kita sudah memiliki sebuah keris, jimat batu akik atau mustika, ataupun
sudah mengkoleksi banyak, bukan berarti kita secara otomatis akan juga
menerima manfaat dari keberadaan mereka. Mereka bersifat "hidup", sama
seperti manusia yang lain. Seberapa baik interaksi kita dengan mereka
dan seberapa besar rasa penyatuan dan perhatian kita kepada mereka (dan
perhatian kita pada sesajinya) akan juga menentukan kadar antusias
mereka membantu dan memberikan manfaatnya kepada kita.
Apapun
yang kita miliki sebaiknya kita rawat dan pelihara dengan baik seperti
seharusnya. Sayang sekali kalau manfaatnya tidak kita dapatkan hanya karena kita mengabaikannya, atau hanya
karena salah perawatan. Padahal untuk memilikinya kita sudah
mengeluarkan biaya dan usaha yang cukup besar, dan keberadaannya juga
cukup membebani kita, ditambah lagi kita juga sudah terlanjur berharap
akan tuahnya. Karena itu berilah perhatian yang semestinya seolah-olah
mereka adalah teman kita dari alam gaib, jangan diabaikan dan jangan
salah perlakuan. Seberapa baik perhatian kita kepada mereka akan juga
berdampak balik kepada kita.
Kalau kita sudah memiliki sebuah keris,
kalau tuahnya memang diinginkan sebaiknya sesajinya juga rutin kita berikan, minimal
sebulan sekali. Penulis sering sekali melihat keris-keris (termasuk milik para pembaca) yang khodamnya pasif tidak
menunjukkan penyatuannya dengan si manusia pemiliknya, dan tidak bertuah
(khodamnya tidak memberikan tuahnya) hanya karena sesajinya tidak
diberikan, padahal orangnya sangat mengharapkan tuahnya, dan orangnya
juga sering membanggakan kerisnya itu sebagai benda bertuah. Karena itu
kalau tuahnya memang diinginkan sebaiknya sesajinya juga rutin kita
berikan, minimal sebulan sekali, jangan kita menginginkan tuahnya tapi
kita sendiri tidak memberikan perhatian apa-apa kepada kerisnya.
Karena
itu bila kita sudah memiliki keris, sebaiknya perawatan dan sesajinya
diperhatikan supaya keris-kerisnya aktif membantu kita dan tuahnya kuat.
Kalau kita juga peka rasa dan tanggap firasat, itu akan menambah
antusias kerisnya dalam membantu kita.
Halaman
ini dikhususkan untuk kepemilikan keris Jawa atau benda-benda pusaka
lain yang isi gaibnya sejenis dengan khodam keris jawa (khodamnya dari
jenis gaib wahyu keris).
Secara
umum halaman ini berlaku juga sebagai alternatif perawatan keris Bali.
Dari banyak pusaka-pusaka Bali milik pembaca yang isi gaibnya sejenis
dengan khodam keris jawa Penulis mendapati bahwa tuah-tuahnya tidak
aktif bekerja karena masih kurang tepatnya pemeliharaannya. Supaya
tuahnya lebih aktif dan pusaka-pusakanya menjadi lebih bermanfaat bagi
pemiliknya sebaiknya tatacara pemeliharaannya disesuaikan mengikuti isi
tulisan dalam halaman ini, terutama penggunaan minyak cendana kupang
sebagai sesajinya (sebaiknya dicocokkan dahulu kebenarannya dengan cara
menayuh keris seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh Keris dan ditanyakan perbedaannya sebelum dan sesudah perawatannya mengikuti isi tulisan di halaman ini).
Untuk jenis keris kamardikan,
biasanya filosofi dalam pembuatannya dan isi gaibnya tidak sama dengan
keris jawa,
sehingga dalam hal pemeliharaan dan sesajinya jangan disamakan dengan
keris jawa, sesajinya sebaiknya diperlakukan sama dengan jenis benda
gaib lain selain keris
jawa. Untuk pemeliharaan fisik kerisnya sebaiknya dibersihkan dengan
minyak singer dan untuk sesajinya sebaiknya diolesi saja tipis-tipis
dengan minyak misik putih di bagian ganja dan dapur kerisnya atau minyak
misik itu bisa dicampur dengan minyak singer (silakan dibaca juga
tulisan berjudul : Keris Kamardikan).
Selain pemeliharaan
fisiknya, penghormatan kita kepada benda-benda pusaka kita dalam bentuk
sesaji sangat menentukan aktif tidaknya pusakanya memberikan tuahnya
kepada pemiliknya. Sekalipun kita sudah rajin memelihara fisiknya dan
rajin memberikan sesajinya, seandainya tatacara pemeliharaannya dan
bentuk sesajinya tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh isi gaibnya,
itu akan berpengaruh juga pada aktif tidaknya pusakanya kepada manusia
pemiliknya.
Karena
itu bila kita ingin benda-benda pusaka kita itu lebih bermanfaat untuk
kita, yang bukan sekedar menjadi benda-benda pajangan / koleksi saja,
sebaiknya pemeliharaan fisik dan sesajinya kita lakukan dengan
disesuaikan pada keinginan isi gaibnya, bukan sekedar mengikuti tatalaku
tradisi atau mengikuti keinginan kita sendiri. Atas benda-benda pusaka
kita sebaiknya lebih dulu dicaritahu kebenarannya dengan cara menayuh
keris apakah benda-benda pusaka kita sudah aktif bertuah dan apakah
masih ada tatalaku pemeliharaan dan sesaji yang masih kurang tepat, dan
apakah jika tatalaku pemeliharaan fisiknya dan sesajinya disesuaikan
dengan mengikuti isi tulisan dalam halaman ini pusaka-pusakanya menjadi
lebih aktif bertuah.
Perlakuan perawatan keris jawa sebagai berikut :1. Penjamasan Keris dan Sesaji.
Penjamasan Keris
Secara
tradisional perawatan keris dilakukan dengan cara yang khusus yang berbeda
dengan cara orang memperlakukan benda-benda gaib lain. Yang dimaksud perawatan keris
disini adalah perlakuan terhadap keris yang biasanya meliputi pemeliharaan fisik keris, penjamasan,
dan pemberian sesaji.
Banyak pemilik keris yang rajin melakukan
penjamasan keris secara rutin, misalnya setiap bulan Suro atau Maulud,
atau memberi sesaji seperti membakarkan dupa / kemenyan atau sesaji kembang
setiap bulan sekali pada malam Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon.
Bila anda ingin menjamas keris, bulan Maulud adalah waktu yang terbaik untuk menjamas keris. Secara spiritual bulan
Maulud adalah bulan yang paling baik untuk
semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual pembersihan diri,
ruwatan nasib / sengkala, ritual syukuran, ritual bersih desa, menjamas
keris, mandi kembang, berziarah, dsb.
Sebagian lain orang Jawa melakukan penjamasan keris pada bulan Sura (Suro).
Secara spiritual bulan Sura adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan jangka panjang, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun
perkawinan. Bulan Sura paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan
lingkungan. Bulan Sura umumnya diisi dengan ritual bersih diri / ruwatan, membersihkan rumah dan pusaka, dsb.
Upaya
bersih diri / ruwatan pribadi dapat dilakukan dengan cara sederhana,
yaitu dengan cara mandi kembang dan berdoa memohon supaya dilapangkan /
dibukakan jalan hidup dan dijauhkan dari segala macam bentuk kesulitan
(baca juga : Laku Prihatin dan Tirakat). Sebaiknya juga dilengkapi dengan membersihkan rumah dan lingkungannya, baik yang bersifat fisik maupun gaib.
Bagi
para pemilik pusaka, keris atau tombak, tidak ada keharusan terhadap
pusaka itu untuk dilakukan penjamasan pada bulan Sura atau Maulud,
tetapi cukup dibersihkan saja dan diberikan sesajinya dan disugestikan
supaya pusakanya memberikan bantuan yang positif dan disugestikan supaya
membantu membersihkan segala sesuatu yang bersifat negatif. Penjamasan
pusaka pada bulan Sura atau Maulud adalah bersifat tradisi dalam rangka
nguri-uri budaya, tetapi tidak bersifat keharusan. Hanya perlu dijaga
jangan sampai pusakanya kotor atau karatan.
Penjamasan pusaka tidak termasuk sebagai sesaji, tetapi merupakan bentuk perhatian kita pada pemeliharaan fisiknya sebagai benda pusaka. Menjamas
keris tidak harus dilakukan setiap tahun atau pun terlalu sering. Menjamas keris paling baik dilakukan pada bulan Maulud, dan bisa
dilakukan 3 atau 4 tahun
sekali, atau bahkan cukup sekali saja pada saat pertama memiliki keris
tersebut, selebihnya tergantung pada kondisi kerisnya kotor berkarat
atau tidak.
Ada
juga orang yang rajin menjamas kerisnya, selain karena tradisi, juga karena dalam penjamasan itu ada proses
melumuri keris dengan warangan / arsenik, yang walaupun beracun, tetapi
berguna untuk membantu mengawetkan logam keris dan
berguna untuk menonjolkan motif pamor pada badan keris, sehingga gambar pamor keris akan
tampak kontras dan
bilah kerisnya kelihatan lebih indah.
Penggunaan arsenik sebagai bahan warangan akan membuat logam bilah keris menjadi hitam (menjadi lebih gelap), tetapi logam gambar pamor keris tidak ikut berubah menjadi
gelap, sehingga gambar pamornya akan kelihatan menonjol putih / keperakan di atas bilah kerisnya yang berwarna gelap.
Dengan demikian penggunaan bahan arsenik itu dapat membantu menonjolkan motif pamor pada badan keris, gambar pamor keris akan
tampak kontras dan
keseluruhan bilah kerisnya akan kelihatan lebih indah. Tetapi penjamas keris di kota kecil atau di pedesaan tidak semuanya melakukan pewarangan keris dengan bahan arsenik, sehingga mungkin efek pewarangan kerisnya tidak sebagus arsenik.
Karena
bahan warangan sifatnya beracun, maka serahkan saja urusannya kepada si
penjamas keris, jangan kita sendiri yang melakukan pewarangan dengan
arsenik. Dan setiap sesudah memegang
keris sebaiknya kita segera mencuci tangan dengan sabun cuci pakaian
(jangan sabun mandi karena kurang kuat kadar pembersihannya). Entah
kerisnya diwarangi
ataupun tidak, sebaiknya setiap sesudah memegang keris kita segera
mencuci
tangan, untuk kehati-hatian.
Mengenai penjamasan keris, sekalipun penjamasan keris bermaksud baik, tetapi sayangnya kebanyakan keris 'merasa' tidak cocok dengan cara orang sekarang
menjamas keris. Terlalu sering menjamas keris juga dapat mengikis
logam keris. Sebaiknya setelah penjamasan itu ditanyakan kepada kerisnya (seperti contoh dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris ) apakah kerisnya merasa cocok dengan jamasannya. Jika kerisnya merasa cocok, berarti dilain waktu bisa dijamas lagi oleh penjamas yang sama, tetapi kalau jawabannya tidak cocok, sebaiknya pada penjamasan berikutnya dicoba dijamas oleh penjamas yang lain.
Sesaji
Panjangnya waktu di dunia mahluk halus berbeda dengan panjangnya waktu di dunia
manusia (silakan dibaca tulisan berjudul : Sukma di Alam Roh). Tetapi untuk mahluk halus yang sudah berada di dunia manusia,
misalnya mahluk halus yang sering berinteraksi dengan manusia, atau yang
menjadi khodam benda gaib dan pusaka atau khodam ilmu / pendamping, waktu
bagi mereka di dunia manusia secara umum sudah sesuai dengan perhitungan
waktu dalam kalender jawa, yaitu bersiklus 35 hari sekali. Karena itu
ada orang yang rajin memberikan sesaji setiap bulannya setiap malam
Jum'at Kliwon, atau Selasa Kliwon. Untuk memberikan sesaji
sebaiknya kita juga mengikuti kalender jawa itu, yaitu 35 hari sekali.
Tetapi untuk mudahnya, sebaiknya dilakukan paling sedikit sekali saja
setiap bulan. Lebih mudah kalau kita melakukannya misalnya setiap
tanggal 1 - 10 setiap bulannya, supaya tidak lupa.
Sesaji
diberikan paling sedikit sekali setiap bulan, bisa hari apa saja.
Paling baik adalah hari atau malam Jum'at. Hari pasarannya bisa hari apa
saja.
Untuk sesaji keris jawa sebaiknya
menggunakan sesaji yang bernuansa jawa, karena tidak semua keris jawa menyukai sesaji bentuk lain.
Contoh sesaji yang sudah umum digunakan secara tradisional untuk keris jawa adalah sbb :
Kemenyan jawa.
Penggunaan kemenyan jawa sebagai sesaji adalah dengan cara
dimasukkan ke dalam bakaran arang kayu atau langsung dinyalakan dengan korek api.
Diusahakan supaya apinya tidak menyala, hanya berasap saja. Yang menjadi sesaji adalah asap bakarannya.
Contoh kemenyan jawa.
Setelah asapnya keluar, paling baik adalah bilah kerisnya diasapkan di atas kemenyan itu. Tapi boleh juga kerisnya diletakkan di dekatnya dan disugestikan bahwa bakaran kemenyan itu adalah untuk kerisnya.
Jika
bilah kerisnya diasapkan di atas bakaran kemenyannya, sebaiknya posisi
bilah kerisnya itu jangan terlalu dekat dengan kemenyannya, karena asap
yang dekat dengan kemenyannya dapat memberikan endapan minyak lengket di
bilah kerisnya.
Di pasaran Penulis ada menemukan kemenyan jawa bermerk 555 yang sangat
baik dan disukai oleh isi gaib keris jawa dibandingkan kemenyan jawa dari merk yang
lain.
Kemenyan
jawa
memberikan pengaruh kegaiban yang besar pada keris jawa yang dapat juga
membuat tuahnya lebih ampuh terasa dan aura wibawanya menjadi lebih
menonjol keluar. Jadi kalau diinginkan kerisnya lebih
terasa aura wibawanya dan lebih terasa keampuhan tuahnya sebaiknya
sesajinya adalah bakaran kemenyan jawa. Hanya saja sekalipun jenis
sesaji kemenyan ini efek pengaruh gaibnya besar,
tetapi pada masa sekarang penggunaannya sangat tidak nyaman, karena bau
asapnya kentara sekali dan akan dikatakan orang sebagai klenik.
Dupa.
Pada jaman dulu umumnya sesaji dupa ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu, tetapi di pasaran Penulis ada menemukan jenis dupa berbentuk kerucut dari sebuah merk, yang kotaknya berwarna merah lebih baik daripada yang kotaknya berwarna biru. Dupa kerucut itu bisa dibakar di dalam bakaran arang kayu, bisa juga langsung dibakar dengan korek api, tidak menggunakan bakaran arang kayu lagi.
Pada jaman dulu umumnya sesaji dupa ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu, tetapi di pasaran Penulis ada menemukan jenis dupa berbentuk kerucut dari sebuah merk, yang kotaknya berwarna merah lebih baik daripada yang kotaknya berwarna biru. Dupa kerucut itu bisa dibakar di dalam bakaran arang kayu, bisa juga langsung dibakar dengan korek api, tidak menggunakan bakaran arang kayu lagi.
Cara penggunaan sesaji dupa sama dengan kemenyan, yaitu dibakar, tetapi diusahakan supaya apinya tidak menyala, hanya berasap saja. Yang menjadi sesaji adalah asap bakaran dupanya.
Setelah asapnya keluar, paling baik adalah bilah kerisnya diasapkan di atasnya. Tapi boleh juga kerisnya diletakkan di dekatnya dan disugestikan bahwa bakaran dupa itu adalah untuk kerisnya.
Setelah asapnya keluar, paling baik adalah bilah kerisnya diasapkan di atasnya. Tapi boleh juga kerisnya diletakkan di dekatnya dan disugestikan bahwa bakaran dupa itu adalah untuk kerisnya.
Tetapi sama dengan kemenyan,
pada masa sekarang penggunaan sesaji dupa ini sangat tidak nyaman,
karena bau asapnya kentara sekali dan akan dikatakan klenik.
Kayu dan Minyak Cendana.
Ada juga sesaji kayu cendana jawa, cendana keraton, dan cendana kupang. Kayu cendana kupang lebih disukai karena baunya yang lebih harum. Pada jaman dulu biasanya kayu cendana ini dijadikan serbuk atau serpihan-serpihan kecil dan penggunaannya sebagai sesaji keris jawa dilakukan dengan ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu. Biasanya dikombinasikan dengan bakaran kemenyan jawa dan dupa.
Pada masa sekarang sudah ada minyak cendana yang penggunaannya cukup dioleskan pada badan kerisnya, sehingga penggunaannya lebih praktis daripada yang dibakar. Walaupun lebih merepotkan, tetapi penggunaan minyak cendana yang dibakar dalam bakaran arang kayu akan memberikan efek yang lebih baik pada kegaiban keris jawa dibandingkan yang penggunaannya dioleskan.
Kayu dan Minyak Cendana.
Ada juga sesaji kayu cendana jawa, cendana keraton, dan cendana kupang. Kayu cendana kupang lebih disukai karena baunya yang lebih harum. Pada jaman dulu biasanya kayu cendana ini dijadikan serbuk atau serpihan-serpihan kecil dan penggunaannya sebagai sesaji keris jawa dilakukan dengan ditaburkan ke dalam bakaran arang kayu. Biasanya dikombinasikan dengan bakaran kemenyan jawa dan dupa.
Pada masa sekarang sudah ada minyak cendana yang penggunaannya cukup dioleskan pada badan kerisnya, sehingga penggunaannya lebih praktis daripada yang dibakar. Walaupun lebih merepotkan, tetapi penggunaan minyak cendana yang dibakar dalam bakaran arang kayu akan memberikan efek yang lebih baik pada kegaiban keris jawa dibandingkan yang penggunaannya dioleskan.
Sesaji kembang
Sesaji kembang, kembang telon
atau kembang tujuh rupa / setaman (kembang tujuh rupa lebih baik
daripada kembang telon), adalah contoh sesaji yang sangat umum digunakan
dalam masyarakat jawa dalam berbagai ritual. Sesaji kembang bersifat netral dan cocok untuk semua jenis keris jawa.
Untuk
keperluan sesaji, kembang tersebut
ditempatkan dengan
dasar daun pisang di atas piring / mangkuk dan diletakkan di dekat
kerisnya (bisa juga kerisnya diletakkan di atas kembang tersebut).
Ada juga minyak mawar
dan minyak melati (minyak melati lebih baik daripada minyak mawar), biasanya digunakan sebagai pengganti sesaji kembang,
tetapi kadar efek kegaibannya tidak sebaik sesaji kembang itu sendiri.
Minyak kembang sebaiknya digunakan hanya
untuk keris jawa yang berkarakter
halus saja, misalnya yang untuk kerejekian, pengasihan, dsb, bukan untuk
keris yang
berkarakter keras, seperti yang untuk kewibawaan, penjagaan
gaib, dsb, karena akan dapat menurunkan kadar kegaibannya (mempengaruhi
karakter keras khodamnya menjadi berkarakter halus mengarah pada
pengasihan).
Kopi Tubruk
Kopi
tubruk manis panas bisa juga diberikan sebagai sesaji untuk keris-keris
jawa (kalau tidak punya sesaji jenis lain). Yang dimaksud kopi tubruk
adalah minuman kopi seperti di kampung, kopi
tradisional, bisa juga kopi bermerk Kapal Api, bukan kopi modern seperti
Nescafe. Sajikan di dalam gelas tanpa tutup dan diletakkan di atas
meja. Biarkan
sesajinya demikian selama semalam. Esok harinya sudah bisa dibuang.
Alternatif Perawatan Keris dan Sesaji
Bila anda tidak rajin menjamas keris anda, Penulis ingin memberikan masukan sebagai alternatif, seperti yang sudah Penulis lakukan sendiri, untuk dilakukan oleh para pemilik keris, terutama pada penggunaan minyak cendana kupang sebagai sesaji, dengan maksud supaya perawatan kerisnya menjadi lebih sederhana (lebih praktis), tidak berbiaya mahal, tidak mengurangi kegaiban kerisnya, juga akan menambah kedekatan pemilik keris dengan keris-kerisnya, dengan syarat si pemilik keris menayuh dahulu kerisnya, sebelum atau sesudahnya, untuk mengetahui apakah yang dilakukan terhadap kerisnya cocok dengan keinginan kerisnya (baca : Ilmu Tayuh Keris ).
Sebagai alternatif perawatan, lakukanlah meminyaki keris dengan minyak cendana merah wangi (minyak cendana Kupang) sebagai sesaji, dicampur sedikit minyak
singer supaya kerisnya tidak berkarat, dengan perbandingan 5 : 1
(minyak cendana 5 bagian dan minyak singer 1 bagian). Pilihlah minyak
cendana yang baik kualitasnya, mengingat harga per cc- nya tidak
mahal.
Di Jakarta, minyak cendana merah (Kupang) bisa dibeli di toko minyak arab
di Condet, Cililitan, Jakarta Timur. Di kawasan itu ada banyak toko
minyak yang menjual minyak cendana. Di Condet itu Penulis menemukan satu
jenis minyak cendana, yang kata penjualnya buatan India, harganya
termasuk yang paling murah dibandingkan minyak cendana lainnya, tetapi
ternyata paling disukai oleh gaib-gaib keris (baunya juga lebih pekat
dan harum).
Jenis-jenis
sesaji minyak arab, minyak cendana, dupa, bisa dibeli di toko-toko
minyak wangi arab di pinggir jalan atau di toko-toko yang menjual
perlengkapan haji atau perlengkapan agama Islam (di Jakarta bisa dibeli
di Condet, Cililitan, Jakarta Timur).
Minyak cendana, selain bisa dibeli di toko minyak arab di pinggir jalan, bisa juga dicari di pasar di tempat orang menjual keris, biasanya ada yang menjual minyak cendana merah / kupang.
Minyak singer bisa dicari di super market atau di toko sparepart mesin atau bengkel kendaraan bermotor.
Minyak cendana, selain bisa dibeli di toko minyak arab di pinggir jalan, bisa juga dicari di pasar di tempat orang menjual keris, biasanya ada yang menjual minyak cendana merah / kupang.
Minyak singer bisa dicari di super market atau di toko sparepart mesin atau bengkel kendaraan bermotor.
Minyak Singer dan Minyak Cendana Kupang.
Cara penggunaannya sbb :
Minyak
cendana dan minyak singer dicampurkan di tempat tersendiri (di mangkok beling) dengan
jumlah yang cukup untuk meminyaki keris, tidak berlebihan, dengan perbandingan 5 : 1. Campuran minyak tersebut dioleskan tipis-tipis saja dengan kuas
pada seluruh badan kerisnya.
Jika anda cukup telaten, anda juga bisa melepaskan gagang kerisnya untuk meminyaki bagian pesi kerisnya, tetapi dalam melepaskan gagang kerisnya itu haruslah hati-hati, karena biasanya bagian pesi keris lebih karatan dan lebih keropos daripada bilah kerisnya.
Setelah selesai diolesi minyak, kemudian keris-kerisnya disandarkan ke dinding
dengan posisi bagian tajamnya di bawah dan diberi dasar lipatan koran atau kain, supaya
minyak yang berlebihan turun mengalir ke bawah.
Jika
menggunakan jagrak keris, keris-kerisnya bisa ditempatkan di jagrak
tersebut dengan posisi bagian tajamnya di bawah dan diberi dasar lipatan
koran atau kain, supaya
minyak yang berlebihan turun menetes ke bawah.
Biarkan demikian selama semalam
sampai minyaknya tiris. Keesokan paginya setelah minyaknya tiris, keris-keris sudah bisa dimasukkan kembali ke
dalam sarungnya.
Penulis
sudah menelusuri banyak macam minyak pelumas dan minyak perawatan
logam. Minyak singer sengaja dipilih oleh Penulis karena efek negatifnya
terhadap kegaiban keris sangat kecil, sehingga cukup baik untuk
digunakan dalam perawatan logam keris dibanding jenis minyak pelumas /
minyak perawat logam lainnya yang efek negatifnya terhadap kegaiban
keris lebih besar yang bahkan bisa membuat khodam kerisnya pergi
menghilang. Karena itu sebaiknya para pembaca berhati-hati dalam
menggunakan minyak perawat logam selain minyak singer itu.
Untuk perawatan fisik keris, lakukanlah peminyakan keris seperti di atas beberapa bulan sekali setiap tahun supaya kerisnya tidak berkarat.
Untuk sesaji, setiap bulan keris-keris diminyaki dengan minyak cendana, cukup dioleskan tipis-tipis saja di bagian ganja dan
dapurnya, atau di bagian badan kerisnya (sebelumnya kerisnya
dikeluarkan dulu dari sarungnya). Sesudah itu kerisnya bisa dimasukkan
kembali ke dalam sarungnya (sebaiknya minyak cendana itu dicampur juga dengan sedikit minyak singer untuk perawatan logam kerisnya supaya tidak mudah berkarat).
Untuk
keris-keris yang fungsi tuahnya untuk kerejekian atau ketentraman
keluarga, terutama untuk yang isi gaibnya adalah perempuan (ibu-ibu)
pada bulan-bulan yang lain dapat ditambahkan mengolesinya dengan minyak
melati atau minyak mawar, tetapi minyak-minyak kembang itu jangan digunakan untuk keris-keris yang bertuah untuk kewibawaan, penjagaan
gaib, dsb, karena akan dapat menurunkan kadar kegaibannya (mempengaruhi karakter keras khodamnya menjadi berkarakter halus).
Pemberian minyak
melati atau minyak mawar tersebut bersifat tidak wajib, sebenarnya juga
tidak perlu, karena pemberian minyak cendana saja sudah cukup (apalagi
gaib-gaib keris lebih menyukai minyak cendana daripada minyak melati
atau minyak mawar), dan kadar kegaibannya juga masih lebih baik minyak
cendana daripada minyak kembang.
Jika
peminyakan keris dengan minyak cendana ini dianggap merepotkan, sebagai
gantinya dapat diberikan sesaji kembang telon (lebih baik lagi kembang
tujuh rupa), ditempatkan dengan dasar daun pisang di sebuah piring, dan
diletakkan di dekat kerisnya yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, atau
bilah kerisnya diletakkan di atas kembang tersebut. Jika kerisnya
banyak, kembang tujuh rupa yang cukup banyak bisa ditempatkan dengan
dasar daun pisang di sebuah nampan atau tampah, dan keris-keris itu
diletakkan di atas kembang tersebut. Biarkan demikian selama semalam.
Jika
anda memiliki keris atau banyak keris dan penyimpanannya ditempatkan di
sebuah kamar / ruangan tersendiri yang tidak masalah jika ruangan itu
berbau asap bakaran sesaji, akan lebih mudah jika sesajinya adalah
berupa asap bakaran (asap bakaran minyak cendana, kemenyan atau dupa).
Sesaji berupa asap bakaran yang cukup banyak disugestikan kepada
keris-kerisnya bahwa asap bakaran sesaji itu adalah untuk mereka semua.
Untuk keris-keris jawa, jika sesajinya menggunakan jenis minyak, misalnya minyak cendana, paling baik dilakukan dengan
cara pengasapan (dibakar
dalam bakaran arang kayu), selain akan memberikan efek kegaiban yang lebih baik,
juga tidak akan mengotori bendanya, dibanding yang penggunaannya dengan
cara dioleskan. Hanya saja bau asapnya kentara sekali dan akan dikatakan klenik.
Baca juga : Sesaji.
Catatan :
Kalau
sebelumnya anda sudah menjamas keris, atau anda rajin menjamas keris
anda, dan kondisi kerisnya masih baik, tidak karatan, sebaiknya
peminyakan ini jangan dilakukan, karena peminyakan ini dapat melunturkan
warangan keris.
Apalagi
kalau anda menyukai penjamasan keris karena adanya proses mewarangi
keris yang sesudah selesai penjamasan itu badan kerisnya akan tampak
lebih bagus, sebaiknya dalam memberikan sesaji jangan yang berbentuk
minyak dan tidak melakukan peminyakan, karena akan dapat melunturkan
warangan kerisnya. Lebih baik
jika sesajinya adalah berupa kembang telon atau kembang 7 rupa atau
dalam bentuk asap bakaran (asap bakaran minyak cendana, kemenyan atau
dupa). Hanya saja bau asapnya akan kentara sekali dan akan dikatakan
klenik.
Perhatian :
Jika anda baru mendapat / menerima sebuah keris yang karatan karena tidak terawat, kalau
kerisnya kotor berkarat ringan, minyak singer bisa digunakan bersama
sikat gigi untuk digunakan membersihkan / menghilangkan kotoran
karatnya. Tetapi kalau sesudahnya ternyata
karatnya masih ada, atau karatnya tebal, sebaiknya dilakukan penjamasan
kepada penjamas keris, jangan melakukan penjamasan sendiri karena
hasilnya belum tentu baik.
Di bawah ini dituliskan beberapa perlakuan terhadap keris dan bahan yang digunakan yang sangat berpengaruh negatif terhadap sisi kegaiban keris, yang bahkan bisa membuat khodamnya pergi meninggalkan kerisnya. Sebaiknya dihindari.
1. Selain minyak singer, sebaiknya jangan menggunakan minyak pelumas / perawat logam lain.
2. Air keras, bensin, minyak tanah, solar.
3. Sabun colek dan sabun cuci bubuk, brasso, bahan poles cat mobil / motor.
4. Penyepuhan bilah / dapur / ganja keris.
5. Amplas, kikir, gerinda, bor.
Ada
juga bahan berupa parafin yang sering digunakan orang dalam penjamasan /
peminyakan keris. Sebaiknya ditayuh dulu apakah penggunaan parafin itu
akan berdampak buruk terhadap sisi kegaiban kerisnya, karena Penulis
mendapatkan jawaban dari banyak keris bahwa mereka tidak menyukai
penggunaan minyak parafin.
Bagi yang
ingin menambahkan aksesoris pada kerisnya, walaupun penambahan berbagai aksesoris itu bermaksud
baik, tetapi Penulis menganjurkan supaya si pemilik keris mengerti juga sisi
spiritualnya (misalnya terlebih dahulu menayuh
kerisnya) supaya pemberiannya itu lebih
dapat memberi manfaat, selain bermanfaat memperindah fisik keris itu sendiri, juga cocok dengan keinginan si gaib keris, tidak mengurangi kegaibannya, dan
menambah kedekatan psikologis si pemilik keris dengan gaib kerisnya.
Mendak dan Salut Keris
Pemasangan mendak dan salut pada gagang keris biasanya
dimaksudkan untuk menambah keindahan dan kemewahan pada gagang kerisnya.
Ada juga yang mengganti sarung dan
gagang kerisnya dengan kayu yang lebih baik dan lebih mahal. Ada juga yang mengganti sarung kerisnya dengan yang memakai pendok, dari pendok biasa sampai yang berlapis emas.
Biasanya kayu asem
tidak digunakan karena akan memberikan bau yang tidak sedap pada kerisnya. Kayu
jati sebaiknya tidak digunakan karena kayu itu bisa menyerap /
melunturkan / meredam aura wibawa keris (termasuk jika kayu jati
digunakan sebagai kayu tatakan keris). Yang
paling sering dipakai adalah kayu timaha / timoho. Kayu timoho disukai karena mempunyai corak berwarna coklat kehitaman yang bagus
setelah dijadikan sarung keris (setelah dipolitur dan dipernis). Selain itu juga ada bentuk corak-corak
tertentu pada kayu timoho yang oleh sebagian orang dianggap mempunyai tuah tertentu.
Untuk
tujuan menjaga
kegaiban keris, biasanya si gaib keris menghendaki benda-benda aksesoris
yang sudah berusia tua (bekas pakai). Secara kegaiban, benda-benda
logam dan kayu-kayu tua dan dulunya sudah pernah dipakai oleh manusia
(sama halnya seperti perabotan logam atau lemari dan meja dari kayu)
memang lebih cocok untuk urusan kegaiban, karena benda logam dan
kayu-kayu itu menyimpan energi / aura "kehidupan gaib", dibanding kayu
dan benda-benda logam yang baru. Sebaiknya digunakan cara seperti
menayuh keris untuk mengetahui kebenarannya.
Pemberian
butiran emas pada keris-keris berdapur naga (dimasukkan ke dalam mulut naganya)
biasanya dimaksudkan sebagai sesaji. Pemberian butiran emas, mendak dan salut yang terbuat dari emas atau dilapisi emas dan kalung emas
biasanya dimaksudkan sebagai penambah keindahan dan kemewahan keris, tetapi secara
spiritual pemberian yang berbahan emas itu juga berguna untuk meredam sifat
galak dari gaib keris supaya lebih kalem, hawa panasnya menjadi lebih adem, dsb, walaupun kadar pengaruh penurunannya tidak banyak.
Sifat galak dan hawa panas keris akan banyak teredam dengan menyelubungi keris berikut
sarungnya dengan kain katun hitam. Walaupun tidak seluruhnya hawa panas
itu teredam, tapi akan banyak berkurang. Tetapi ini akan menjadi
perlakuan yang
tidak pantas dan tidak enak dilihat bila kita membungkus keseluruhan
keris dengan kain hitam. Bisa diakali dengan cara lain, yaitu melilitkan
kain katun hitam pada bagian pendok keris atau pada bagian pesi keris.
Pemberian
kain tertentu kepada keris, biasanya digunakan sebagai selimut pembungkus / sarung keris, biasanya dilakukan dengan latar belakang alasan
kebatinan. Mengenai
warna kain yang digunakan di masyarakat ada banyak
macamnya. Yang sering digunakan adalah kain-kain yang berwarna hitam,
kuning, merah, putih dan hijau tua. Kebanyakan orang melakukannya hanya
berdasarkan tradisi kebiasaan saja, tapi ada juga yang bisa merasakan
pengaruhnya, terutama kain merah yang dapat membuat kerisnya terasa lebih
"galak".
Kebanyakan upaya yang dilakukan orang adalah untuk menaikkan "power" nya, dalam artian supaya kerisnya kelihatan lebih bertuah, "galak" dan berwibawa. Usaha menaikkan power benda gaib selain dengan memberikan kain merah, biasanya adalah dengan rajin mewiridkan amalan gaib. Tetapi power itu hanya terkait dengan sifat galak dan berwibawa keris, bukan kekuatan gaib keris. Untuk menaikkan kekuatan gaib keris secara permanen hanyalah dengan memberikannya energi yang lebih tinggi dari kekuatan gaib kerisnya untuk diserapnya.
Kebanyakan upaya yang dilakukan orang adalah untuk menaikkan "power" nya, dalam artian supaya kerisnya kelihatan lebih bertuah, "galak" dan berwibawa. Usaha menaikkan power benda gaib selain dengan memberikan kain merah, biasanya adalah dengan rajin mewiridkan amalan gaib. Tetapi power itu hanya terkait dengan sifat galak dan berwibawa keris, bukan kekuatan gaib keris. Untuk menaikkan kekuatan gaib keris secara permanen hanyalah dengan memberikannya energi yang lebih tinggi dari kekuatan gaib kerisnya untuk diserapnya.
Masing-masing
warna kain, warna hitam, merah, putih dan hijau (yang bahannya asli
katun, bukan tetiron) dan kain kuning yang mengkilat (nilon) memberikan
pengaruh sendiri-sendiri terhadap keris. Uraiannya sbb :
1. Kain putih bersifat netral.
2. Kain hijau tua dapat menambah keteduhan aura keris.
3. Kain kuning mengkilat dapat menambah karisma keagungan / aura keningratan.
4. Kain katun merah terang dapat menaikkan "power" keris, dalam arti dapat menaikkan aura galak dan berwibawa dari kerisnya.
5. Kain katun hitam dapat menambah kepadatan energinya (menaikkan kekuatan / kesaktian gaib keris), menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.
Kalau lebih diinginkan kekuatan gaibnya, misalnya yang tuah utamanya untuk
penjagaan gaib / tolak bala, sebaiknya diberikan bungkus kain
katun hitam.
Kalau lebih diinginkan kekuatan tuahnya, misalnya yang tuahnya untuk
kewibawaan, dsb, sebaiknya diberikan bungkus kain
katun merah terang.
Kalau karisma keagungan / aura keningratan lebih diinginkan, supaya tampak lebih berkarisma / elegan di mata orang lain, sebaiknya diberikan bungkus kain kuning mengkilat.
Secara umum Penulis menganjurkan pemberian kain katun yang berwarna hitam, karena pemberian kain katun hitam dapat memberikan efek menambah kepadatan energinya (menaikkan kekuatan / kesaktian gaib keris), menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.
Kain hitam sudah biasa
dipakai, tetapi mungkin tidak ada orang yang mengetahui bahwa pemberian kelengkapan
keris, seperti batu akik hitam pada mulut dapur keris nagasasra (atau
berdapur naga), melilitkan benang wol hitam pada pesi keris, dan
pemberian kain katun hitam sebagai sarung / selimut keris atau sebagai
dasar penyimpanan keris, dapat memberikan efek menaikkan
kekuatan / kesaktian gaib keris, menurunkan aura panas keris dan menambah kekerasan watak khodamnya.
Untuk maksud di atas kain katun hitam itu bisa
dijadikan selimut pembungkus / sarung keris. Tetapi ini akan menjadi
perlakuan yang
tidak pantas dan tidak enak dilihat bila kita membungkus keseluruhan
keris dengan kain hitam. Bisa dengan cara lain, yaitu melilitkan kain
katun hitam pada bagian pendok keris atau pada bagian pesi keris, atau dijadikan dasar untuk meletakkan
keris. Selain kain katun hitam, bisa juga kita melilitkan benang wol hitam pada bagian pesi keris,
supaya tidak longgar pada bagian gagang pegangan keris. Pada keris
berdapur nagasasra (atau yang berdapur naga) juga baik bila ditambahkan
batu akik hitam pada
lubang di mulutnya. Secara kegaiban, pemberian kain katun hitam, benang wol hitam atau batu akik hitam ini dapat
menambah kekuatan dan kegaiban keris.
Pemberian batu akik hitam pada mulut dapur keris nagasasra (atau dapur naga) atau melilitkan benang wol hitam pada pesi keris,
dapat meningkatkan kekuatan gaib keris hingga menjadi 2 kali lipat
kondisi aslinya. Untuk lebih maksimal, lilitan benang wol hitam itu bisa
diganti dengan lilitan kain katun hitam yang sudah dipotong-potong
memanjang untuk dililitkan di pesi keris.
Sedangkan pemberian kain katun hitam sebagai selimut / sarung keris atau sebagai
dasar penyimpanan keris (bisa juga sebagai dasar keris di jagrak
keris), dapat memberikan efek meningkatkan kekuatan gaib keris hingga
menjadi 4 kali lipat kondisi aslinya.
Efek
peningkatan kekuatan gaib keris ini hanya terjadi selama keris-keris
itu masih bersama dengan kain hitam tersebut, artinya jika keris-keris
itu dijauhkan dari kain hitam tersebut, maka kondisi kekuatannya akan
kembali lagi seperti aslinya. Alternatif lain yang lebih bersifat
permanen adalah memberikan lilitan kain katun hitam yang sudah
dipotong-potong memanjang untuk dililitkan di pesi keris. Biasanya bagian pesi
keris sangat jarang dibuka, sehingga selama lilitan kain
hitamnya tidak dilepas / dibuang, kekuatan gaib kerisnya akan tetap
lebih tinggi daripada kondisi aslinya tanpa lilitan kain hitam itu.
Peningkatan
kekuatan gaib keris bisa dibuktikan sendiri dengan cara menayuh keris,
atau berkomunikasi menanyakan langsung kebenarannya kepada gaib
kerisnya. Atau sewaktu akan diminta melakukan pengusiran terhadap sosok
gaib tertentu, jika sebelumnya saat ditayuh gaib si keris menyatakan
tidak mampu (kalah kuat), setelah diberi kain hitam sebagai dasar
meletakkan keris, coba lagi ditayuh, apakah sekarang sudah lebih kuat,
apakah sekarang sudah lebih mampu mengusir sosok gaib tersebut.
Sebagai
catatan, yang dimaksud kain katun hitam di atas adalah kain yang asli
katun, bukan tetiron. Efek peningkatan kekuatan gaib keris ini hanya
terjadi selama
keris-keris itu masih bersama dengan kain hitam tersebut, artinya jika
keris-keris itu dijauhkan dari kain hitam tersebut, maka kondisi
kekuatannya akan kembali lagi seperti aslinya semula.
Efek
kegaiban penggunaan kain katun hitam ini juga berlaku untuk benda-benda
gaib lain dalam bentuk batu akik, mustika, jimat rajahan atau
jimat-jimat yang lain (selain dijadikan dasar wadah penyimpanan
benda-benda gaib, bisa juga dijadikan kantong penyimpanan).
Bila bagian pesi keris (besi gagang keris) sudah sangat keropos atau tipis karena termakan karat, bisa diperbaiki dengan memasangkan pipa bekas antena televisi yang ukurannya pas dengan ukuran pesi keris, dipasang menyelubungi pesi keris (ditambah lilitan benang wol hitam atau potongan memanjang kain katun hitam pada pesi keris supaya tidak longgar dengan pipanya) dan pipa antena itu diusahakan pas dengan lubang pada kayu gagang keris (ditambah lilitan benang wol hitam).
Tetapi bila pesi
keris tersebut sudah patah pada bagian pangkalnya, sehingga tidak dapat
diperbaiki dengan bantuan pipa antena itu, dan terpaksa harus diganti,
bisa diupayakan menggantinya dengan gagang besi lain dengan terlebih
dulu menyampaikan niat anda itu sebagai pemberitahuan awal kepada si
keris.
Jagrak Keris.
Dalam hal penyimpanannya, simpanlah keris di tempat yang bersifat pribadi, yang tidak sembarang orang boleh masuk ke dalamnya dan menjamah keris, misalnya di kamar tidur, tidak di ruang tamu.
Letakkan keris di tempat yang tinggi, tidak lebih rendah dari tinggi
dada orang dewasa. Jangan di bawah, apalagi di
lantai. Bila disimpan di lemari, letakkan di rak paling atas. Lebih baik kalau digunakan tatakan khusus untuk keris (jagrak keris) dan tidak ditempel atau digantung di dinding.
Bila anda menyimpan keris dengan menggunakan jagrak keris, urutkanlah penempatan keris-kerisnya sbb :
Urutan dari kanan ke kiri :
Urutan dari kanan ke kiri :
- Keris-keris ber-luk 5, keris pandawa, keris pulanggeni luk 5, keris berdapur nagasasra dan singa barong dan keris-keris keningratan lain, yang diperuntukkan untuk dimiliki oleh seorang raja atau orang-orang yang memiliki status keningratan karena status keluarga / keturunan seorang raja / bangsawan.
- Keris bertuah wibawa kekuasaan.
- Keris bertuah kewibawaan.
- Keris bertuah kesaktian.
- Keris bertuah kesepuhan.
- Keris bertuah kerejekian.
- Keris bertuah pengasihan.
Posisi kanan dan kiri itu ditentukan sebagai berikut :
- Bila posisi jagrak itu ada di hadapan kita, maka posisi kanan dan kiri jagrak tersebut adalah sesuai posisi tangan kanan dan kiri kita dalam berdiri menghadap jagrak tersebut.
- Jika posisi jagrak tersebut di belakang kita (seperti penempatan jagrak untuk tombak dan payung kebesaran yang berada di belakang kursi singgasana), maka posisi kanan dan kiri jagrak tersebut adalah sesuai posisi tangan kanan dan kiri kita dalam berdiri membelakangi jagrak tersebut.
Jika beberapa keris anda ada yang mempunyai fungsi tuah yang sama, misalnya ada beberapa keris yang sama-sama mempunyai tuah untuk kewibawaan, atau sama-sama mempunyai tuah untuk kerejekian, maka keris-keris yang sama tuahnya itu diurutkan dari kanan ke kiri berdasarkan umur kerisnya, yaitu dimulai dari keris yang paling tua. Baca juga : Status Keris dan Kelas Keris dan Status & Hierarki Khodam.
Hindarilah melakukan kesalahan terhadap keris anda, seperti yang sudah dituliskan dalam tulisan : Penyatuan Keris dgn Pemilik.
Usahakan untuk mengetahui sendiri keperluan keris kita. Walaupun perlu, tetapi jangan bergantung kepada pendapat orang lain, walaupun ia seorang ahli perkerisan atau kebatinan. Kita bisa mengetahui sendiri tentang karakter keris kita dengan cara menayuhnya (baca : Menayuh Keris ). Manfaat lainnya adalah kita akan menjadi lebih mengerti mengenai keris kita dan secara psikologis kita dan si keris akan menjadi lebih dekat.
Tambahan :
Terkait dengan tanya-jawab via email dengan para pembaca, ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai minyak cendana yang tertulis di atas, dan sebagian perlu diungkapkan disini sebagai bahan informasi untuk pembaca yang lain sbb :
Tanya :
Sesaji dengan model pengasapan baiknya berapa banyak dan berapa lama ?
Ulasan :
Ya sampai sesaji bakarannya habis. Jadi sebelumnya ditentukan dulu seberapa banyak yang akan dibakar.
Misalnya sepotong kemenyan jawa, sebelumnya ditentukan dulu seberapa banyak yang akan dibakar, apakah semuanya, ataukah hanya setengahnya ataukah seperempatnya saja. Sesudah ditentukan, kemenyannya dipotong sesuai ukuran yang akan dibakar.
Setelah sesajinya dibakar dan keluar asapnya, paling baik adalah bendanya kita pegang dan diasapkan di atasnya. Tapi juga tidak harus begitu, bisa juga bendanya diletakkan di samping pengasapannya.
Kalau itu adalah keris, paling baik sesudah kerisnya dikeluarkan dari sarungnya, kemudian kerisnya kita pegang dan bilahnya diasapkan di atasnya, tapi bisa juga kerisnya diletakkan di samping pengasapannya.
Kalau yang dibakar adalah jenis dupa, hio, dsb, sebaiknya dupa atau hio yang dibakar itu jumlahnya ganjil, yaitu 1 atau 3 atau 5, dst.
Tanya :
1. Maaf mas saya mau tanya, untuk perawatan pusaka / keris antara minyak cendana NTT (Kupang) yang asli yang berwarna putih itu dengan minyak cendana yang kata mas itu minyak cendana india warna merah itu lebih bagus mana?
2. Di internet minyak cendana yang dari India harganya 100.000 - 200.000 rupiah per-gram-nya. Apakah harganya memang semahal itu ?
Ulasan :
Jenis-jenis sesaji minyak arab, minyak cendana, dupa, bisa dibeli di toko-toko minyak wangi arab di pinggir jalan atau di toko-toko yang menjual perlengkapan haji atau perlengkapan agama Islam (di Jakarta bisa dibeli di Condet, Cililitan, Jakarta Timur).
Minyak cendana, selain bisa dibeli di toko minyak arab di pinggir jalan, bisa juga dicari di pasar di tempat orang menjual keris, biasanya ada yang menjual minyak cendana merah / kupang.
Minyak singer bisa dicari di super market atau di toko sparepart mesin atau bengkel kendaraan bermotor.
Memang agak membingungkan kalau melihat penamaannya. Penulis sendiri sebelumnya sempat bingung di toko minyak arab, di Condet, Jakarta Timur, di tempat Penulis biasa membeli minyak. Tetapi Penulis memutuskan untuk tidak menggunakan penamaan sendiri, Penulis mengikuti saja model penamaan dari penjualnya, sehingga diharapkan kalau kita datang ke toko-toko minyak yang lain kita tidak akan bingung karena mudah-mudahan penyebutannya seragam antara penjual yang satu dengan penjual lainnya.
Di toko itu ada beberapa jenis minyak cendana.
Kelompok pertama adalah yang disebut minyak cendana. Dalam kategori ini ada minyak cendana jawa (lokal) dan minyak cendana keraton.
Kelompok kedua adalah minyak cendana merah (yang baunya lebih wangi). Dalam kategori ini ada minyak cendana Kupang, minyak cendana yang katanya penjualnya dari Arab, dan minyak cendana yang katanya dari India.
Dilihat dari warnanya, minyak kelompok pertama dan minyak kelompok kedua itu hampir sama, yaitu kuning dan kuning kemerahan / kecoklatan.
Masing-masing jenis minyak cendana mengandung hawa energi gaib dan aroma wangi yang disukai oleh gaib-gaib keris jawa. Prioritas Penulis dalam memilih minyak cendana adalah berorientasi pada jenis minyak cendana yang paling disukai oleh gaib-gaib keris, bukan sekedar wanginya, atau harganya, atau kekentalannya.
Menurut sepengetahuan Penulis, minyak cendana kelompok kedua lebih disukai oleh gaib-gaib keris daripada yang kelompok pertama. Kebetulan baunya paling kuat, paling wangi dan paling disukai oleh gaib-gaib keris, kebetulan juga harga per cc-nya di toko itu paling murah. Dari kelompok kedua ini, prioritas pertama yang dipilih adalah minyak cendana yang katanya buatan India. Prioritas kedua adalah minyak cendana Kupang.
Minyak cendana Arab dan India itu, yang dijual di toko itu, mungkin di toko lain tidak ada. Jadi secara umum minyak cendana merah / Kupang lebih baik daripada minyak cendana lokal (kelompok pertama).
Jadi untuk mudahnya beli saja minyak cendana Kupang.
Ada beberapa macam minyak cendana dan harganya juga bermacam-macam tidak sama.
Harganya ada yang murah sekitar Rp. 3.000 per cc nya,
Yang menengah sekitar Rp. 5.000 - 10.000 per cc nya,
Yang mahal juga ada yang lebih dari Rp.10.000 per cc nya.
Mahal tidaknya harganya tergantung toko penjualnya dan tergantung jenis / asal minyaknya.
Disini Penulis ingin menggaris-bawahi keterangan Penulis sebelumnya bahwa sebenarnya Penulis masih awam dalam hal secara fisik membedakan mana minyak yang asli impor dengan yang lokal, atau membedakan minyak yang asli impor tapi oplosan dengan yang lokal, atau membedakan minyak yang asli dengan yang palsu.
Jadi Penulis sendiri tidak tahu apakah minyak cendana yang Penulis beli itu benar asli impor dari India ataukah sebenarnya minyak lokal, ataukah sebenarnya oplosan. Istilah minyaknya dari Kupang atau Arab atau India adalah katanya penjualnya, Penulis sendiri tidak tahu apakah benar minyak-minyak itu asalnya dari sana.
Dalam hal ini Penulis tidak mempermasalahkan minyak itu asalnya darimana, apakah asli impor atau bukan. Pada saat membelinya Penulis fokus kepada minyaknya itu sendiri sehingga Penulis tahu bahwa minyak yang Penulis beli benar-benar disukai oleh gaib-gaib keris jawa, tidak mengurangi kegaibannya dan harga minyaknya murah, kurang lebih per-cc-nya tidak sampai Rp.10.000,- (tetapi mungkin sewaktu-waktu harganya bisa berubah).
Baca juga : Sesaji Untuk Benda Gaib.
---------------
Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca untuk dilakukan, karena sifat pentingnya, sebagai berikut :
- Bila kita memiliki keris, perlakukanlah keris itu seolah-olah adalah manusia anggota keluarga kita. Kita harus menghormatinya, sehingga ia pun menghormati kita. Jangan memperlakukannya dengan tidak hormat, tetapi juga jangan terlalu meninggikan dia dan memperlakukannya dengan terlalu istimewa (jangan mengkultuskan keris). Jangan menjadi suatu bentuk pemujaan.
- Simpanlah keris di tempat yang bersifat pribadi, yang tidak sembarang orang boleh masuk ke dalamnya dan menjamah keris, misalnya di kamar tidur, tidak di ruang tamu. Letakkan di posisi yang tinggi, tidak lebih rendah daripada tinggi dada orang dewasa. Jangan di bawah, apalagi di lantai. Bila disimpan di lemari, letakkan di rak paling atas.
- Jangan menciumi bau keris
dan jangan menyimpan keris di
sela-sela tumpukan
pakaian, karena keris mengandung racun yang tidak baik untuk kesehatan dan uapnya juga bisa meracuni
kita.
- Bila bermimpi berkelahi jangan sampai kalah, kalau dikejar jangan sampai
tertangkap.
- Jangan terlalu sering melakukan jamasan (memandikan) keris, karena dapat mengikis logam keris. Cukup sekali saja dalam setahun, bulan suro atau maulid (bulan maulid yang terbaik) atau sekali saja seumur hidup kita, yaitu pada saat pertama memiliki keris itu. Selebihnya cukup kita minyaki saja setiap 3 atau 6 bulan sekali supaya keris itu tidak karatan.
- Jangan memberi sesaji macam-macam. Cukup kembang telon atau kembang setaman (kembang tujuh rupa) sesuai budaya jawa.
Lebih praktis kalau kita meminyakinya
sendiri dengan minyak cendana merah yang dicampur sedikit minyak singer,
cukup dua atau tiga kali dalam setahun. Bila tempat menyimpan keris diberi
dasar kain berwarna hitam akan dapat menaikkan kekuatan dan kegaibannya.
- Usahakan untuk mengetahui sendiri keperluan keris kita. Walaupun perlu, tetapi jangan bergantung pada pendapat orang lain, walaupun dia seorang ahli kebatinan. Kita bisa tahu sendiri tentang karakter keris dengan menayuhnya sendiri. Manfaat lainnya adalah kita akan menjadi lebih mengerti mengenai keris kita dan secara psikologis kita dan si keris akan menjadi lebih dekat.
- Keris yang baik untuk kita akan menyesuaikan diri dengan kehidupan kita, dan tidak akan meminta perlakuan yang merepotkan kita. Bila keris itu meminta perlakuan yang aneh atau merepotkan kita, misalnya minta dibakarkan menyan, minta diberi sesaji daging mentah, telor ayam mentah, darah ayam, dsb, berarti keris itu tidak baik untuk kita.
- Keris yang tidak baik atau tidak sejalan dengan kita sebaiknya jangan kita paksakan untuk kita miliki, supaya kita tidak terbebani oleh pengaruh buruknya.
- Bila kita tidak menginginkan keberadaan suatu keris, dengan alasan pribadi ataupun alasan agama, jangan kemudian keris itu disepelekan dengan begitu saja dibiarkan tersimpan di gudang, di kolong tempat tidur, dsb, apalagi dibuang. Lebih baik kalau kita serahkan kepada orang lain yang mungkin lebih mengerti dan bisa merawat keris itu atau kita serahkan saja ke museum
No comments:
Post a Comment