Keris adalah senjata
nusantara
dengan bentuk bergelombang seperti ular atau lurus dan pola
rumit yang tercipta dari perpaduan beberapa jenis logam, seperti
besi, baja, emas, nikel bahkan meteorit. Bilah keris
tidak dibuat dari logam tunggal yang dicor tetapi merupakan
campuran berbagai logam yang berlapis-lapis. Akibat teknik
pembuatan ini, keris memiliki kekhasan berupa pamor pada
bilahnya. Dengan cara ini Anda
mendapatkan bagian pamor yang mengandung warna putih, abu-abu,
keemasan atau hitam.
Dalam budaya Jawa
tradisional, keris tidak semata-mata dianggap sebagai senjata
tikam yang memiliki keunikan bentuk maupun keindahan pamor, akan
tetapi juga sebagai kelengkapan budaya spiritual. Ada
satu anggapan yang berlaku di kalangan Jawa tradisional yang
mengatakan, seorang pria baru bisa dianggap paripurna jika ia
sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga, turangga, wisma,
wanita, kukila.
-
Curiga, secara harafiah artinya keris, secara simbolik maksudnya adalah kedewasaan, keperkasaan dan kejantanan. Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau membela negara. Perlambangnya adalah keris.
-
Turangga artinya kuda atau kendaraan (simbol masa kini adalah motor atau mobil)
-
Wisma adalah rumah
-
Wanita arti khususnya isteri
-
Kukila arti harafiahnya adalah burung. Arti simbolik burung di sini, bagi seorang pria Jawa tradisional, ia harus mampu mengolah, menangkap dan menikmati keindahan serta berolah-seni.
Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling
tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari
seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah
keris. Pada perkembangannya, keris di lingkungan kerajaan
bisa menjadi simbol kepangkatan. Keris seorang Raja, tentu saja
berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak
hanya bilah kerisnya saja yang berbeda, akan tetapi juga
detail-detail perhiasan serta perabot yang melengkapinya pun
berbeda.
Gradasi kepangkatan dari pemilik keris, juga
bisa ditilik dari warangka yang menyarungi atau membungkus bilah
keris. Warangka seorang Raja, tentu saja berbeda dengan warangka
bawahannya. Bila seorang kesatria, tepat kiranya bila warangka
yang dipakainya adalah warangka dengan wanda (model) kasatriyan.
Pejabat kerajaan, memakai warangka kadipaten. Ada lebih dari 25
varian warangka Jawa di masa lalu yang bisa menjadi indikator
kepangkatan pemiliknya. Bahkan daerah asal pun bisa ditilik dari
warangkanya, apakah pemiliknya orang dari Yogyakarta, Surakarta,
Banyumas, Jawa Timur, Madura atau Bali.
Salah satu keunikan keris adalah kekuatannya
pada detil. Hampir setiap detil yang melekat pada keris, baik
pada bilahnya, warangka maupun perabotnya semuanya bisa menjadi
simbol. Dari ukiran atau pegangan keris pun, pada masa lalu
orang bisa menilik derajat dan kepangkatan. Varian ukiran keris
Jawa pun, seperti halnya warangka, ada berbagai macam varian.
Dibagi dalam dua garis besar gaya: Surakarta dan Yogyakarta. Di
luar itu, tentu masih ada lagi gaya lain warangka atau ukiran
luar Jawa seperti: Madura, Bali, Lombok, Sulawesi, Sumatera.
Keris Hidup atau Keris Mati ?
Orang-orang di
Indonesia memakai keris untuk menghiasi pakaian mereka, terutama
untuk perayaan tradisional seperti perayaan pernikahan, perayaan
acara-acara kerajaan dan perayaan agama lainnya. Keris dibuat
dari besi dan logam dengan tingkat konsentrasi yang tinggi pada
bagian bilahnya. Orang-orang percaya bahwa empu, atau seorang
ahli pembuatan keris, memberi kekuatan magis untuk kelengkapan
dan kesempurnaan sebuah keris. Dahulu kala, nenek moyang kita
bisa mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan sebuah keris
yang kuat dan hidup. Mereka tidak membagi atau menggolongkan
atara keris lama atau keris baru, namun menggolongkan dalam
keris hidup atau keris mati.
Sering kita
mendengar ada salah seorang pemilik keris yang mengatakan keris
saya kosong karena sudah tidak terawat atau sebab – sebab yang
lainnya, cerita di masyarakat tentang isi atau tidaknya suatu
(keris) memang masih membingungkan, walaupun keris itu dari
warisan, pemberian orang, mas kawin atau yang mendapatkan dengan
cara-cara lainnya.
Keris hidup atau yang berisi
tayuhan, pasti memiliki daya dan memancarkan serta memberikan
aura tersendiri bagi yang melihat atau memilikinya, daya isi
bisa berupa perwujudan keris itu tampak wingit, galak, demes
atau memiliki prabawa tersendiri sedang keris yang tidak berisi
pasti tampak biasa tidak ada rasa atau sesuatu dalam perasaan
kita”. Bahwa keris yang dulunya dibuat sebagai keris
Tayuhan atau keris pusaka kekuatannya tidak dapat hilang,
dikarenakan bahan-bahan yang dipakainya saja sudah mengandung
tuah. Besinya dicari besi pilihan yang bertuah, pamornya juga
demikian sehingga isi dari keris tersebut tidak akan hilang
selama perwujudannya masih ada.
Secara Logika dapat disamakan
dengan besi Magnet, jenis besi ini memang memiliki
kekuatan untuk dapat menarik besi, kekuatannya tidak bakal
hilang selama unsur-unsur magnetnya masih ada demikian juga
Keris, selama unsur besi, Baja dan Pamor masih melekat kekuatan
alaminya tidak bakal hilang. Hanya para empu yang mengetahui
kekuatan atau daya apa yang terkandung dalam bahan-bahan keris
tersebut. Jika ada orang yang dapat mengambil isi keris
sebenarnya hanya daya postipnotis (daya saran) yang dilekatkan
empu saja yang diambilnya, sedang daya alami dari bahan keris
akan tetap ada secara alami.
Bagaimana Memilih Keris Yang Baik?
Memiliki sebuah keris memang sangat membangggakan, disamping
ikut nguri-uri (bahasa jawa) dan melestarikan budaya yang adi
luhung warisan nenek moyang juga menambah dan menumbuhkembangkan
semangat mencintai budaya nenek moyang. Memiliki keris yang
cocok dan sesuai dengan kebutuhan memang tidak gampang karena
disamping sulit mendapatkannya juga harga yang mahal apalagi
kalau keris itu benar-benar keris yang memiliki sejarah yang
jelas, keindahan dan karisma yang tinggi. Bagaimana memilih
keris yang baik ?, pertanyaan itu yang sering muncul jika kita
ingin memiliki keris. Banyak para pecinta keris yang sudah
memiliki patokan-patokan sendiri dalam mencari atau memiliki
keris salah satunya adalah Tangguh, Wutuh dan Sepuh.
-
Tangguh adalah suatu perkiraan jaman pembuatan keris. Tangguh ditemukan dari meneliti bahan, garap dan motip pamor yang ada pada sebuah keris. Misalnya keris tangguh majapahit besinya hitam, ukuran bilahnya kecil, ganjanya juga kecil manis dan pamornya kecil seperti rambut kemudian untuk keris tangguh Mataram besinya mentah, bentuk bilahnya seperti daun singkong, ganja seperti cicak sedang menangkap mangsa dan pamor penuh atau mubyar sedang keris tangguh pajajaran bercirikan kerisnya tipis, lebar pamornya berkesan ngajih dan besinya kering. Dan juga keris itu jelas asal usulnya, pertama keris itu harus diketahui (diperkirakan buatan) mana, jelas pula siapa pemilik asalnya dan juga perlu dipertanyakan kenapa keris tersebut mau di mas kawinkan . Ada beberapa orang yang teliti sampai mengamati dahulu bagaimana keadaan keluarga pemilik keris tersebut, apakah ia keluarga yang bahagia atau yang berantakan .
-
Wutuh adalah suatu kesan tentang keadaan dari sebuah keris yang masih lengkap bagian-bagiannya, tidak ada yang patah atau keropos yang terlalu parah. Jika sudah keropos atau hilang salah satu bagian keris maka nilai keris tersebut akan menjadi berkurang. Intinya keris yang cacat jangan sampai dipilih, keris yang asal mulanya dibuat indah dan terbuat dari bahan baku pilihan walaupun telah aus biasanya masih tetap terbayang keindahannya. Keris yang dianggap tidak lagi utuh adalah keris yang patah bilahnya, patah kembang kacangnya atau pesinya.
-
Sepuh adalah tua, bukan keris jaman sekarang yang dituakan karena proses kimia. Ciri dari keris itu tua adalah dengan melihat ada tidaknya slorok (batas antara besi dan baja ) pada tiap bilah keris biasanya ada warna yang berbeda batas tersebut berwarna kebiruan atau hijau metalik dan terdapat ditepi bilah sebagai tajamnya keris. Banyak para pecinta keris pemula kadang tidak begitu mengerti tentang slorok ini sehingga sering keliru dalam memilih keris
Proses kepemilikan sebuah keris bermacam-macam, ada yang lewat
warisan orang tua, pemberian seseorang, membeli atau mas kawin
dari seseorang atau juga dengan cara-cara yang tertentu dengan
meminta ridho dan ijin Tuhan. Semua cara sah-sah saja asal
jangan sampai menelantarkan tugas utama dan keluarga. Memiliki
keris yang baik memang tidak mudah tetapi kalau berjodoh dengan
sedikit dana kita bisa mendapatkan keris yang istimewa dan cocok
dengan hati kita. Akan lebih baik jika kita memilih keris dengan
acuan seni dan keindahannya, walau keris itu muda tetapi seni
garap dan keindahannya melebihi keris – keris yang sudah tua apa
salahnya kita milikinya, hal ini akan membuktikan cita rasa seni
yang tinggi pemiliknya.
Jangan sampai kita memiliki dan membeli
keris karena tertarik pada cerita sipenjualnya, ini artinya yang
kita beli adalah ceritanya dan bukan keindahan atau kualitas
kerisnya. Memiliki keris dengan niat pertama nguri-uri
(melestarikan) budaya, dengan niat ini maka kita tidak akan
terjerumus pada kemusrikan / kesyirikan, karena yang kita nilai
dari sebuah keris adalah budayanya bukan dayanya/isinya, jika
sebuah keris ada tuahnya, ini terjadi atas ijin ALLAH SWT, kita
serahkan kembali kepadaNya.
Secara ilmiah ditemukan bahwa setiap unsur yang ada di alam
semesta saling tarik menarik (Law of Attraction) dan saling
berhubungan seperti air, udara, tanah, dan unsur logam mampu
merespon signal yang dipancarkan dari pikiran manusia. Seperti
salah satu penemuan peneliti dari Jepang, Dr. Masaro Emoto bahwa
air dapat menerima dan mengirim pesan yang sifatnya positif atau
negatif dalam bahasa apapun. Kata-kata positif atau negatif yang
secara berulang ulang yang ditujukan ke air dapat merubah
susunan molekul dan partikel-partikel air tersebut. Untuk itulah
beberapa agama menganjurkan untuk memuji Tuhan, Berdzikir,
berucap, dan berpikiran positif secara berulang-ulang, hal ini
dapat mempengaruhi seluruh bagian tubuh kita yang 80% adalah air
dan merubah susunan gen dan sifat kita menjadi lebih baik bahkan
dapat mempengaruhi manusia dan alam sekitar kita.
Begitu
juga dengan logam untuk pembuatan keris yang dipanasi sampai
ribuan celcius kemudian diberi mantra atau kata-kata positif dan
harapan-harapan dari sang empu, tentunya dapat merubah susunan
partikel dan energi keris tersebut. Sama seperti cara kerja
memori atau harddisk komputer yang mampu menyimpan data atau
informasi yang kita masukkan. Beginilah cara saya memahami
apakah keris tersebut memiliki energi/bertuah atau cuma keris
biasa (keris mati). Untuk menambah pengetahuan Anda tentang
keris.
No comments:
Post a Comment